Masihkah Kalian Percaya
Bela Islam |
Segala Puji Hanya bagi Alloh SWT, Sholawat dan salam semoga
snantiasa tercurah kepada Nabi Kita Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya
dan Sahabatnya serta seluruh ummatnya yang Istiqomah kepada Risalahnya sampai
Akhir Zaman, Amaa ba’du
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh akan
kalian dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik).”
(QS. al-Maa’idah [5]: 82).
Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dua kelompok inilah musuh Islam yang paling keras dalam
berupaya untuk menghancurkan umat Islam. Syaikh as-Sa’di rahimahullah
mengatakan, “Secara umum, kedua kelompok inilah golongan manusia yang paling
besar dalam memusuhi Islam dan kaum muslimin dan paling banyak berusaha
mendatangkan bahaya kepada mereka. Hal itu karena sedemikian keras kebencian
orang-orang itu kepada mereka (umat Islam) yang dilatar belakangi oleh sikap
melampaui batas, kedengkian, penentangan, dan pengingkaran (mereka kepada
kebenaran).” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 220).
Demikian pula
orang-orang Nasrani, mereka juga menginginkan agar umat Islam mengikuti jejak
kesesatan mereka. Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya),
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
pernah merasa puas/ridha kepada kalian sampai kalian mau mengikuti millah
(ajaran agama) mereka.” (QS. al-Baqarah [2]: 120).
Seperti itulah
tekad jahat musuh-musuh Islam yang sangat bernafsu untuk mencabut aqidah Islam
yang suci nan mulia dari dada-dada kaum muslimin. Tak henti-hentinya mereka
menyerang kaum muslimin dengan pemikiran dan kekuatan mereka, serta bekerja
keras -siang dan malam- agar umat yang terbaik ini menjadi teman setia mereka
untuk bersama-sama masuk ke jurang neraka. Allah ta’ala menggambarkan tentang
permusuhan yang dikobarkan oleh orang-orang musyrik kepada umat ini dalam
firman-Nya (yang artinya),
“Dan mereka senantiasa memerangi kalian agar
kalian mau murtad dari agama kalian kalau saja mereka mampu melakukannya.
Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam
keadaan kafir, maka mereka itulah orang yang terhapus amal-amal mereka di dunia
dan di akhirat. Dan mereka itulah para penghuni neraka, mereka kekal berada di
dalamnya.” (QS. al-Baqarah [2]: 217).
Itulah upaya
mereka! Bukanlah tujuan mereka semata-mata untuk membunuh kaum muslimin atau
merampas harta-harta mereka. Akan tetapi sesungguhnya maksud mereka adalah agar
umat Islam ini murtad dari agamanya, sehingga mereka akan ikut-ikutan menjadi
kafir sesudah -sebelumnya- mereka beriman. Dan pada akhirnya mereka akan ikut
terseret ke dalam neraka. Inilah karakter orang-orang kafir secara umum. Tidak
henti-hentinya mereka memerangi umat Islam. Dan yang paling menonjol dalam hal
itu adalah ahli kitab yaitu Yahudi dan Nasrani. Mereka kerahkan kekuatan mereka
untuk memurtadkan kaum muslimin dengan mendirikan berbagai yayasan, mengirimkan
para misionaris, menyebarkan para dokter serta membangun sekolah-sekolah dalam
rangka menjaring umat manusia masuk ke dalam agama mereka. Akan tetapi,
ketahuilah bahwasanya Allah enggan memenuhi hasrat mereka -untuk memadamkan
cahaya-Nya- maka Allah akan tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun
orang-orang kafir itu tidak suka (disadur dari Taisir al-Karim ar-Rahman, hal.
81-82).
Oleh sebab itu
tidak semestinya, bahkan haram hukumnya bagi umat Islam memberikan loyalitas
mereka kepada musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang
artinya),
“Tidak akan kamu temukan
suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir justru berkasih sayang
dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan rasul-Nya, meskipun orang-orang itu
adalah ayah-ayah mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau kerabat
mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah ditetapkan Allah keimanan di dalam
hati mereka, dan Allah mengokohkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, dan
Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka
pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah sesungguhnya
golongan Alah sajalah yang benar-benar mendapatkan kemenangan.” (QS.
al-Mujadilah [58]: 22).
Berdasarkan ayat
yang mulia ini, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan dalam
kitabnya yang sangat masyhur Tsalatsatul Ushul, “Barangsiapa yang menaati rasul
dan mentauhidkan Allah, maka tidak boleh baginya memberikan loyalitas
(pembelaan dan kecintaan) kepada orang-orang yang memusuhi Allah dan rasul-Nya,
meskipun orang itu adalah kerabat yang paling dekat.”
Allah ta’ala
berfirman (yang artinya),
“Sungguh telah terdapat suri teladan yang baik
pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada
kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian
sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian dan telah tampak dengan jelas
antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya, sampai
kalian mau beriman kepada Allah semata.” (QS. al-Mumtahanah [60]: 4).
Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah
menegaskan, “Maka sudah seharusnya kaum muslimin membenci dan memusuhi
musuh-musuh Allah, dan di sisi lain menyayangi serta mencintai orang-orang yang
beriman (umat Islam).” (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 12).
Saling Membantu Sesama Kaum Muslimin
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman
dalam hal kecintaan, berkasih sayang, dan hubungan perasaan di antara sesama
mereka adalah laksana satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang
kesakitan, maka semua anggota tubuh yang lain pun akan saling membantunya
dengan merasakan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari [6011] dan Muslim
[2586], dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ini lafazh Muslim).
Ibnu Rajab
al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa seorang
mukmin akan turut merasa susah dan sedih karena sesuatu yang membuat susah dan
sedih saudaranya sesama mukmin yang lain.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal.
163).
Bahkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam meniadakan keimanan dari orang-orang yang tidak
menyukai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana yang dia inginkan untuk dirinya.
Beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang
di antara kalian hingga dia menyukai kebaikan bagi saudaranya seperti apa yang
dia sukai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari [13] dan Muslim [45]
dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu). Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan,
“Hadits ini menunjukkan bahwa seorang mukmin akan turut merasa senang dengan
sesuatu yang membuat senang saudaranya sesama mukmin yang lain dan dia juga
menginginkan kebaikan bagi saudaranya sesama mukmin sebagaimana dia
menginginkan hal itu bagi dirinya sendiri. Dan ini semua muncul akibat
bersihnya hati dari tipu daya, kedengkian, dan hasad.” (Jami’ al-‘Ulum wa
al-Hikam, hal. 163).
Oleh sebab itu wajib bagi kita untuk menanggalkan segala
pengaruh buruk agama kekafiran dari tubuh umat Islam. Karena hanya dengan
keimanan yang benar kepada Allah dan Rasul-Nya, kaum muslimin akan mendapatkan
kemenangan. Dan bukan meniru-niru
penyimpangan mereka dengan merayakan tahun baru dan berhura-hura, meninggalkan
majelis ilmu, meninggalkan para ulama, beramal tanpa ilmu, tidak tunduk kepada
kebenaran, dan hanyut dalam urusan dunia sehingga melupakan akhirat. Ya Allah,
hancurkanlah musuh-musuhMu dan tolonglah hamba-hambaMu, sesungguhnya Engkau
Maha mendengar lagi Maha mengabulkan doa. Hanya kepada Mu-lah kami memohon
taufik, pertolongan, dan kekuatan.
Wallohu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar