Bagaimana Kita Selepas Ramadhan
Ramadhan |
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata
bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada malam
pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu,
pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pun pintu yang terbuka dan
pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, ketika itu
ada yang menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada
ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah”. Allah
memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan
Ramadhan”.[1] Dalam hadits lainnya disebutkan, ”Apabila Ramadhan
tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari no.
3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu )
Setelah kita mengetahui beberapa amalan di bulan Ramadhan
yang bisa menghapuskan dosa, juga pintu kebaikan dimudahkan, maka keadaan
seseorang selepas ramadhan seharusnya dalam keadaan seperti bayi yang baru
dilahirkan oleh ibunya, yaitu bersih dari dosa. Namun hal ini dengan syarat,
seseorang haruslah bertaubat dari dosa besar yang pernah ia terjerumus di
dalamnya, dia bertaubat dengan penuh rasa penyesalan.
Lihatlah
perkataan Az Zuhri berikut, “Ketika hari raya Idul Fithri, banyak manusia yang
akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan shalat ‘ied, Allah pun akan
menyaksikan mereka. Allah pun akan mengatakan, “Wahai hambaku, puasa kalian
adalah untuk-Ku, shalat-shalat kalian di bulan Ramadhan adalah untuk-Ku,
kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan ampunan-Ku.”
Ulama
salaf lainnya mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan shalat
‘ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan
sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.” (Lathoif
Al Ma’arif, 366. )
Ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya
setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya karena dia
sudah ditempa di madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam maksiat
dan mudah melaksankan kebajikan. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu seharusnya
menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan.
Juga dalam masalah shalat Jama’ah bagi
kaum pria, hendaklah pula dapat dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana
rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak
wanita muslimah yang berusaha menggunakan jilbab yang menutup diri, maka di
luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga, bahkan bisa lebih
disempurnakan lagi sebagaimana tuntunan Islam.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah
amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Muslim no. 782. )
Seharusnya amal seorang mukmin barulah
berakhir ketika ajal datang menjemput. Al Hasan Al Bashri rahimahullahmengatakan, ”Sesungguhnya
Allah Ta’ala tidaklah
menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematiannya.”
Lalu Al Hasan membaca firman Allah (yang artinya), “Dan sembahlah
Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99).
Jangan sampai kita menjadi orang yang telah dikatakan
oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadistnya (yang artinya),
رَغِمَ أَنْفُ
رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَانْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Celakalah
seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam
keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad 2/254, Al Bukhari dalam Al
Adabul Mufrad No. 644, Ibnu Hibban No. 907, dan Al Hakim 4/170; dinyatakan
shahih oleh Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi, dan Al Albani) .
Oleh karena itu saudaraku, apabila
kita masih lalai di bulan Ramadhan kemarin maka saatnya sekarang kita bangkit!
Bersegeralah meminta ampunan Allah, Dzat Yang Maha pengampun, dan bertaubat
dari seluruh dosa yang pernah kita lakukan. Dan bagi yang sudah berusaha
menjalani puasa beserta amal shalih di bulan Ramadhan dengan baik, maka
hendaknya istiqomah dalam ketakwaannya kepada Allah.
Wallohu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar