Pahlawan Sejati
Bambu Runcing |
Ukuran yang dipakai oleh Islam dalam memandang kedudukan
manusia, bukan berdasarkan kekayaan, jabatan, atau keturunan, namun ketakwaan
dan akhlak khamirah yang menjadi timbangan.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya yang paling dekat di sisi Allah adalah
mereka yang paling bertakwa di antara kalian.”( Q.S. Al-Hujurat ayat 13 )
Islam sebagai sebuah agama yang menghargai prestasi,
pengorbanan dan pengabdian memandang, bahwa siapapun yang bermanfaat dan
berkontribusi kepada sesamanya, maka pribadi tersebut pantas disebut sebagai
pahlawan atau sebaik-baiknya manusia,
Nabi Muhammad ï·º bersabda, “ sebaik-baiknya manusia di antara
kalian adalah yang bermanfaat bagi manusia” (HR. Bukhori dan Muslim)
Seorang pahlawan ialah mereka yang mampu menempatkan diri
pada tempatnya, tidak menzalimi orang lain, bersikap adil dalam segala
tindakannya, dan mampu untuk objektif melihat sesuatu, serta bisa menahan
gejolak emosi, karena orang kuat adalah pribadi yang kuat membendung
kemarahanya ketika ia marah.
Nabi berrsabda, “orang
yang kuat bukanlah seorang yang menang dalam pergulatan, tetapi manusia yang
kuat adalah siapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika dia marah.” (HR.
Bukhari)
Maka orang yang tidak mampu menahan emosinya tidak layak
disebut sebagai pejuang sejati atau pahlawan, terlebih ketika emosinya dia
tumpahkan dan dia arahkan kepada rakyatnya sendiri dengan mengatakan “ saya akan lawan “ karena saya sudah terlalu
lama diam. Lalu dimana letak pengorbanannya dia sebagai seorang pemimpin.
Allah Swt sangat menghargai mereka yang rela berkorban dengan
harta dan nyawa mereka, untuk kepentingan Negara dan agama, sehingga Allah
menjanjikan surga sebagai balasan dari pengorbanan mereka, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an :
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat,
dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S. At-Taubah:
41)
Untuk
menjadi pahlawan sejati sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah, kita
membutuhkan apa yang dinamakan dengan kesabaran, sebab tanpanya mustahil
manusia mampu meraih hakekat kepahlawanan.
Akan
tetapi, kesabaran itu pahit, semua kita tahu begitulah rasanya kesabaran itu.
Dan begitulah suatu saat Rasulullah saw mengatakan kepada seorang wanita yang
sedang menangisi kematian anaknya, “Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada
benturan pertama”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar