Breaking

Ramadhan Terakhir

Ramadhan Terakhir
Ramadhan Terakhir

Seandainya disingkap kepada kita tentang ajal kita, bahwa Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir dalam hidup kita. Bagaimana kita menjalani Ramadhan kali ini? Berapa kebaikan yang berusaha kita kumpulkan?

Pastinya kita akan sungguh-sungguh mengisi siang dan malamnya dengan banyak ibadah. Banyak amal-amal kebaikan yang kita lakukan, walau membutuhkan pengorbanan tenaga dan materi yang tak sedikit. Mengikhlaskan niat dalam semua amalan. Bertekad meninggalkan semua yang bisa merusak puasa dan mengurangi kesempurnaannya. Intinya, kita akan serius menjalani Ramadhan tahun ini.

Selayaknya perasaan “ini Ramadhan terakhirku dan kesempatanku beramal shalih tinggal sebentar” kita tanamkan dalam diri kita. Sehingga akan mendorong jiwa ini serius, bersungguh-sungguh, dan konsentrasi penuh menjalani ibadah Ramadhan. Tidak tertipu dengan taswif (aku akan lakukan ini besok, lusa, seterusnya) dan angan-angan panjang, bahwa kematianku masih lama dan kesempatanku berbekal masih panjang.

Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, lalu berkata: Wahai Rasulullah, ajari aku dan nasihati aku dengan ringkas. Kemudian beliau bersabda,

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ


“Apabila kamu berdiri dalam shalatmu maka shalatlah seperti shalatnya perpisahan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad. Disebutkan juga dalam Shahih al-jami', no. 742)

Maksudnya: seperti shalat orang yang mengira bahwa ia tak akan shalat lagi sesudahnya. Apabila orang yang shalat yakin dirinya akan mati dan di sana masih ada satu shalat sebagai shalat yang terakhir, hendaknya ia khusyu' dalam shalat yang dikerjakannya itu karena ia tidak tahu bahwa bisa jadi shalat ini adalah shalat yang terakhir." (Dinukil dari 33 Penyebab Khusyu' Shalat, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid: 45-46)

Bayangkan jika Izrail memberitahu bahwa Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita, saya yakin kita sudah tidak akan tertarik lagi untuk mengisi hari dengan lelapnya tidur. Kita tidak akan mengeluhkan beratnya puasa di siang Ramadhan. Kita akan melakukan sholat terawih, tahajud, taubat, serta qiyamul lail yang lain dengan khusyu. Kita akan mengiringi tiap hembusan nafas dengan dzikir, menemani detakan jantung dengan istighfar. Ah, jika saja Izrail memberitahu kapan ia akan datang menjemput nyawa, kita bisa mempersiapkan diri agar akhir usia kita bisa husnul khatimah.

Umur manusia memang misteri. Kita tidak tahu kapan usia kita berakhir. Namun terkadang kita lupa bahwa Allah menjadikan usia kita sebagai misteri justru agar kita bisa mendayagunakan pikir, bahwa kita bisa mati kapan saja. Dan betapa bodohnya ketika kita tahu bahwa kematian bisa datang kapan pun, namun masih saja dengan tenang mengerjakan kemaksiatan dan pekerjaan yang sia-sia dalam hidup.

Mengingat kematian adalah salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas hidup kita. Rasulullah pernah mewanti-wanti, "Perbanyaklah mengingat perusak kelezatan-kelezatan, yaitu kematian. Tidaklah seorang hamba mendatangi kubur melainkan kubur itu berkata, 'Aku adalah rumah yang asing, aku adalah rumah yang sendirian, aku adalah rumah dari tanah, aku adalah rumah yang penuh ulat'".

Selamat men-deadline Ramadhan kita. Ramadhan adalah bulan tempat rahmat, maghfirah, serta kasih sayang Allah berlimpah. Alangkah rugi manusia yang tidak mampu memanfaatkannya. Mari mengisi Ramadhan ini dengan amalan terbaik kita. Semoga Ramadhan kita tahun ini lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Karena mungkin inilah Ramadhan terakhir dalam hidup kita

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.