Menggapai Cinta Yang Haqiqi
Cinta Alloh |
Semua orang merasa mencintai Allah,
tidak terkecuali pengikut agama Yahudi ataupun Nashrani. Semua merasa telah
mencintai Allah dan beragamapun karena ingin mencintai Allah. Orang yang
beragama Kristen ingin menciptakan kecintaan kepada Allah kadang ada dengan
sesuai kehendak Allah dan bisa juga menyelisihi kehendak Allah. Orang yahudi
mencintai Allah dan muslimin yang jahil juga mencintai Allah namun mereka tidak
dicintai Allah kecuali bila mereka berada diatas perkataan dan amalan yang
membuat Allah cinta dan ridha kepadanya.
Sebagian salaf menyatakan: Yang
penting bukan mencintai namun yang sangat penting sekali adalah bagaimana
dicintai. Kalau demikian, seorang akan berusaha mencapai dan mendapat
kecintaan Allah. Kecintaan Allah kepada manusia adalah sesuatu yang diinginkan
oleh semua orang. Namun hal ini hanya dapat tercapai dengan semangat mencari
ilmu dan mengenal amalan dan perkataan yang Allah cintai dan ridhai. Sebab bila
kamu mengetahui bagaimana Allah mencintai hambanya atau mengetahui sebab-sebab
Allah mencitai hambaNya maka akan muncul usaha untuk mendapatkan kecintaan
Allah.
Saat kita mencintai sesuatu, betapa senangnya jika bisa
melakukan yang terbaik untuknya. Semakin tinggi rasa cinta kita, semakin tinggi
pula usaha kita untuk mempersembahkan yang terbaik. Inilah bukti cinta.
Demikian juga mencintai Allah Ta’ala, harus dibuktikan dengan
ittiba’ (mengikuti) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam
firmanNya:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Alimran:31).
Ibnu Taimiyah berkata, “Di antara perkara yang hendaknya
dipahami, bahwa Allah berfirman ‘Katakanlah (wahai Rasul), jika engkau
mencintai Allah maka ikutilah aku (Rasul), niscaya Allah akan mencintaimu.’
Sebagian salaf berkata, ‘Pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ada
suatu kaum yang mengaku-aku bahwa mereka mencintai Allah. Maka Allah menurunkan
ayat ini ‘Katakanlah (wahai Rasul), jika engkau mencintai Allah maka ikutilah
aku (Rasul), niscaya Allah akan mencintaimu.’ Allah menjelaskan bahwa kecintaan
kepada-Nya menuntut ittiba’ kepada Rasul Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sedangkan ittiba’ kepada Rasul Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebabkan
kecintaan Allah kepada hamba. Dan ini adalah ujian yang Allah ujikan kepada
orang-orang yang mengaku mencintai Allah. Karena di dalam masalah ini telah
banyak pengakuan dan kesamaran.” (Al-Fatawa (10/81).)
Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini menghukumi setiap orang yang
mengaku mencintai Allah padahal dia tidak berada di atas jalan Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena pada hakikatnya dia adalah orang yang
dusta di dalam pengakuannya, sampai dia mengikuti syariat dan agama Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam di dalam perkataan-perkataan dan
perbuatan-perbuatannya.” (Tafsir al-Qur’anil ‘Azhim (1/358).)
Ibnul Qayyim berkata, “Firman Allah ‘niscaya Allah akan
mencintaimu’ mengisyaratkan kepada bukti kecintaan, hasil dan faidahnya. Maka
bukti dan tanda kecintaan adalah ittiba’ kepada Rasul. Sedangkan hasil dan
faidahnya adalah kecintaan Mursil (Allah yang mengutus Rasul-Nya) kepada
kalian. Maka selama tidak ada mutaba’ah (mengikuti Rasul), berarti tidak ada
kecintaan kalian kepada-Nya dan tidak ada kecintaan-Nya kepada kalian.”
(Madarijus Salikin (3/22).)
Dan beliau berkata, “Kekokohannya – yakni kecintaan kepada Allah
– hanyalah dengan mengikuti Rasul di dalam perbuatan, perkataan dan akhlaq
beliau. Maka munculnya kecintaan ini, kekokohan dan kekuatannya, sesuai dengan
ittiba’ ini. Dan berkurangnya hal itu sesuai dengan berkurangnya hal ini.” (
Madarijus Salikin (3/37).)
Ref//kajian islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar