Kamu Muslim, Buktikan Dong
Buktikan Islam mu |
Seseorang merasa memiliki Islam, meyakini kebenaran Islam,
dan bahwa Islam menjadi darah dagingnya adalah ketika ia memiliki kepedulian
terhadapnya, ada pembelaan terhadapnya, ada pengorbanan untuknya, dan ada upaya
untuk memperjuangkannya. Tidak mungkin dirinya rela menjadi “muslim pasif”.
Bukti Islammu
Kepedulian dibuktikan dengan keseriusannya untuk mendalami
Islam dan cabang-cabang ilmunya. Lembaran sejarah dipenuhi oleh kisah kegigihan
para ulama dalam mencari ilmu, sejak pertama terkena sentuhan Islam. Seperti
Jabir bin Abdillah yang rela menempuh satu bulan perjalanan untuk mengecek
keakuratan satu hadits.
Sedangkan pembelaan terhadap Islam dibuktikan dengan ghirahnya
(semangatnya). Ia tidak rela Islam dicela, tidak akan membiarkan orang-orang
yang mencela Allah dan Rasul-Nya. Meskipun ia harus berhadapan dengan keluarga
terdekatnya. Seperti Abdullah bin Abdullah bin Ubay, ketika mendengar ayahnya
telah mencela Nabi sebagai orang yang hina, sedangkan dirinya orang yang mulia,
maka ia cegat ayahnya saat masuk Madinah. Beliau berkata kepada ayahnya, “Aku
tidak akan membiarkanmu memasuki Madinah, sebelum bapak mengatakan bahwa
Nabilah yang mulia, dan bapaklah yang hina.” (Tafsir Ibnu Katsier 4/473)
Tentang pengorbanan dan perjuangan untuk Islam, sahabat
Mush’ab bin Umeir Radhiyallahu ‘anhu menjadi teladan yang luar biasa. Sejak
masuk Islam penampilannya berubah drastis, tadinya seorang pemuda yang glamour,
suka bermewah-mewah, mendadak harus mengenakan pakaian paling kasar, karena
orangtuanya yang kaya raya tak sudi lagi menganggapnya sebagai anak. Beliau
juga menyanggupkan diri membuka lahan dakwah di Madinah, hingga Allah
memberkahi dakwah tersebut. Dalam waktu yang tak begitu lama, Islam telah menjadi
warna dominan di Madinah. Kisah tentang hal ini terlalu masyhur untuk diulas di
sini.
Ada lagi Umair bin Wahab, jagoan Quraisy yang tadinya paling
getol memusuhi Islam dan penganutnya. Setelah masuk Islam, beliau bertekad
mendakwahi ke seluruh wilayah yang beliau pernah injak dalam kekafiran, hingga
dengan sebab dakwah beliau, akhirnya banyak orang-orang yang masuk Islam.
Di kalangan wanita, ada Ummu Syarik. Keyakinannya yang dalam
akan kebenaran Islam, membuat beliau tak mampu tinggal diam. Ia ingin, hidayah
itu juga dirasakan pula oleh keluarganya, tetangga dan juga sebanyak mungkin
manusia. Beliau berdakwah dengan sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya beliau
ditangkap dan disiksa. Pun, hal itu tidak membuat beliau menyesal atau jera.
Beliau dipanggang di tengah terik matahari selma tiga hari. Namun akhirnya,
Allah memberikan pertolongan. Buah dari ketegaran beliaupun nyata. Kaumnya
berbondong-bondong masuk Islam ketika menyaksikan karamah yang Allah berikan
kepadanya. Mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa Rabbmu adalah Rabb kami, dan
kami bersaksi bahwa yang telah memberikan rejeki kepadamu setelah kami
menyiksamu adalah Rabb yang telah mensyariatkan Islam.” Maka merekapun masuk
Islam dan semuanya turut berhijah bersama Rasulullah saw. (al-Ishabah fie
Tamyiizish Shahabah 8/248)
Di mana Peranmu?
Memang, semakin seseorang memiliki ilmu yang luas,
kepiawaian dalam banyak bidang, semakin banyak pula peran yang bisa
disumbangkan untuk Islam. Hanya saja, untuk turut berperan andil untuk
memperjuangkan Islam tak harus menunggu semua serba sempurna. Kita bisa memulai
dari apa yang kita punya dan apa yang kita miliki, meskipun kelihatannya kecil
dan sepele. Sebab tak ada yang sepele di sisi Allah. Selebihnya, menjadi tugas
kita untuk selalu belajar, mengembangkan potensi serta memperbaiki diri agar
apa yang kita sumbangkan untuk Islam lebih berarti.
Andil itu tak harus berupa mubaligh kondang, jago pidato,
pakar nulis atau yang semisalnya. Mengajak orang untuk mengikuti majlis ilmu,
menyebarkan tulisan dan sarana kebaikan, mendidik keluarga dengan warna Islam,
mendoakan untuk kewibawaan islam dan kaum muslimin, dan masih banyak lagi peran
yang bisa kita lakukan.
Namanya Ummu Mahjan. Seorang wanita tua yang lemah, hitam
kulitnya. Ia bukan termasuk kalangan cerdas cendekia, bukan pula masuk golongan
kaya raya. Pun begitu, ia tetap ingin berkhidmat untuk Islam sebisanya. Dengan
tekun ia membersihkan masjid tiap harinya, tempat ibadah dan berkumpulnya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Sehingga mereka merasa nyaman
di tempat yang mulia itu. Ketika wanita itu meninggal di malam hari, para
sahabat langsung menguburkannya di malam itu, tanpa membangunkan dan
memberitahukan peristiwa itu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mungkin
karena mereka anggap bahwa meninggalnya wanita itu bukan hal yang begitu
penting.
Pagi harinya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam merasa
kehilangan, setelah mendapat informasi, beliau menegur para sahabat yang tidak
memberitahukan kejadian yang menurut Nabi penting itu. Beliau bersabda, “Kenapa
kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?” (HR. An-Nasa’i, al-Muwatha’)
Ternyata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan
perhatian besar atas usaha wanita tersebut dalam berkhidmat untuk Islam.
Masihkah ada di antara kita yang layak menyatakan udzur dari
berkhidmat untuk Islam, dengan alasan tidak memiliki potensi? Tidak memiliki
kemampuan apa-apa? Atau bahkan tidak memiliki cukup waktu? Buktikan Islammu!
walloohu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar