Malu lah, Agar Kau Tidak Memalukan
Rasa Malu |
Malu
adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu
itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan.
Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu perlu usaha, niat, ilmu serta
pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari iman karena dapat mendorong
seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan.
Mari
kita perhatikan hadits berikut ini, Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau
bersabda: “Iman adalah pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu
termasuk cabangnya iman.” (HR. Muslim)
Hadits di atas menegaskan bahwa malu merupakan
salah satu cabang iman. Seseorang malu untuk mencuri bila ia beriman, malu
berdusta bila ia beriman. Seorang wanita malu membuka atau menunjukkan auratnya
jika ia beriman. Jika sifat malu berkurang dan mulai luntur maka pertahanan
diri dalam menghadapi godaan nafsu mulai menipis.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
Al-Junaid rahimahullâh
berkata, “Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga
menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap
yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan
hak pemiliknya.’
Kesimpulan definisi di atas
ialah bahwa malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu
menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap
melalaikan hak orang lain.
Keutamaan Malu
1. Malu pada hakikatnya
tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Malu mengajak pemiliknya agar
menghias diri dengan yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu
melainkan kebaikan semata-mata.” [Muttafaq ‘alaihi]
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ
كُلُّهُ.
“Malu itu kebaikan seluruhnya.”
Malu adalah akhlak para Nabi ,
terutama pemimpin mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang lebih pemalu daripada gadis yang sedang dipingit.
2. Malu Adalah Cabang Keimanan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َاْلإِيْمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ
إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ،
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh
atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha
illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari
jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.”
3. Allah Azza Wa Jalla Cinta Kepada
Orang-Orang Yang Malu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ
وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ يُـحِبُّ الْـحَيَاءَ وَالسِّتْرَ ، فَإِذَا اغْتَسَلَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ.
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha
Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah
seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.”
4. Malu Adalah Akhlak Para Malaikat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَلاَ أَسْتَحْيِ
مِنْ رُجُلٍ تَسْتَحْيِ مِنْهُ الْـمَلاَ ئِكَةُ.
“Apakah aku tidak pantas merasa malu
terhadap seseorang, padahal para Malaikat merasa malu kepadanya.”
5. Malu Adalah Akhlak Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ
دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.
“Sesungguhnya setiap agama memiliki
akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar