Jangan Tunda Hijrahmu
Mari Hijrah |
Secara etimologi, hijrah
adalah lawan dari kata washal (bersambung). Maksud hijrah di sini adalah
berpisahnya seseorang entah berpisah dengan badan, dengan lisan, dengan hati.
Asal hijrah di sini bermakna
meninggalkan, yaitu meninggalkan berbicara atau meninggalkan perbuatan. Tidak
berbicara pada orang lain, itu bermakna hajr.
Setiap manusia mesti berhijrah, yaitu menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Yang akan diulas dalam tulisan ini adalah berhijrah dari
maksiat pada ketaatan.
Sedangkan kalau membahas
hijrah, ada dua maksud:
Hijrah hissi, yaitu
berpindah tempat, yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam atau
berpindah dari negeri yang banyak fitnah ke negeri yang tidak banyak fitnah.
Ini adalah hijrah yang disyari’atkan.
Hijrah maknawi (dengan
hati), yaitu berpindah dari maksiat dan segala apa yang Allah larang menuju ketaatan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Allah tidak menciptakan kita sia-sia,
pasti ada suatu perintah dan larangan yang mesti kita jalankan dan mesti kita
jauhi. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan,
“Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak untuk beribadah
kepada Allah, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya?” (Madarij As-Salikin, 1: 98)
Jadi beribadah kepada Allah adalah
tujuan diciptakannya jin, manusia dan seluruh makhluk. Makhluk tidak mungkin
diciptakan begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Allah Ta’ala
berfirman,
أَيَحْسَبُ
الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan
dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al-Qiyamah: 36).
Imam Asy Syafi’i mengatakan,
لاَ يُؤْمَرُ وَلاَ
يُنْهَى
“(Apakah mereka diciptakan) tanpa
diperintah dan dilarang?”.
Ulama lainnya mengatakan,
لاَ يُثاَبُ وَلاَ
يُعَاقَبُ
“(Apakah mereka diciptakan) tanpa ada
balasan dan siksaan?” (Lihat Madarij As-Salikin, 1: 98)
Siapa saja yang mau berhijrah, Allah
akan menerima hijrahnya.
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
Tentu saja setelah berhijrah,
seseorang harus punya tekad menjadi baik dan bertekad tidak mengulangi lagi
maksiat yang dahulu dilakukan.
ثَوَابُ الحَسَنَةِ
الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan
selanjutnya.”
Begitu juga dalam ayat disebutkan,
وَيَزِيدُ اللَّهُ
الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى
“Dan Allah akan menambah petunjuk
kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (QS. Maryam: 76)
Ref //Rumaysho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar