Wanita Nakal di Kota Suci
Wanita Nakal |
“Buya, sungguh saya tidak menyangka. Ternyata di Makkah ada
wanita nakal. Kok bisa ya, Buya?” tanya seorang laki-laki kepada Buya Hamka.
Buya Hamka menangkap isyarat, pertanyaan ini hendak menyudutkan kota suci umat Islam.
Namun, Buya Hamka bukanlah orang yang mudah terpancing untuk mengikuti skenario
lawan, atau menari di atas tabuhan gendang orang lain.
“Tempo hari saya dari Los Angeles
dan New York. Ternyata di sana tidak ada perempuan nakal,” kata Buya Hamka.
Orang itu terkejut.
“Mana mungkin, Buya? Mestinya di
Amerika banyak perempuan nakal” ia terpancing untuk mengomentari pernyataan
Buya Hamka. Tidak melanjutkan protesnya atas Makkah.
“Kita memang hanya akan
dipertemukan dengan apa yang kita cari,” jawab Buya Hamka menyadarkan pria
tersebut.
Banyak hikmah dari kisah singkat
ini. Pertama, umat Islam khususnya ulama, jangan sampai terpancing untuk sibuk
meladeni serangan lawan. Sebaliknya, sibuklah dengan agenda Islam dan jangan
sibuk dengan agenda mereka sehingga menjauhkan kita dari cita-cita.
Buku Izhar Al Haq yang ditulis
oleh Al Allamah Syaikh Rahmatullah Al Qairawani adalah salah satu contohnya.
Alih-alih menjawab tuduhan orientalis terhadap Islam, buku itu justru menyerang
dogma-dogma Nasrani. Para misionaris pun disibukkan menjawab buku itu sehingga
agenda misi mereka tersendat.
Seorang jurnalis berkebangsaan
Inggris menjelaskan betapa dahsyatnya pengaruh buku itu. “Kalau orang terus
menerus membaca buku ini, kemajuan Kristen di dunia akan berhenti.”
Karena dianggap sebagai ancaman
serius, para uskup memborong buku tersebut lalu dibakar. Namun cara itu hanya
efektif untuk sementara waktu. Memang cetakan saat itu bisa langsung lenyap
dari pasaran. Namun, bukankah untuk mencetaknya kembali tidak sesulit waktu
mencetak pertama kali? Dan buku itulah yang kelak dipelajari Syaikh Ahmad
Deedat dan menjadi bekal utamanya setelah Al Quran dan Sunnah, dalam membela
Islam dan menyerang balik misionaris.
Kedua, kita akan menemui apa yang
kita cari. Bahkan di Makkah pun, jika niat kita kotor dan ingin mencari
kemaksiatan, kita bisa menemuinya. Namun di New York sekalipun, jika kita di
sana tidak dalam rangka berburu maksiat, tentu tidak akan mendatangi pusat-pusat
maksiat.
Nasehat
Buya Hamka itu mengingatkan kita semua untuk hanya meniatkan hal-hal yang baik
dan mencari hal-hal yang baik. Di manapun kita berapa. Kapan pun.
[Muchlisin
BK/Tarbiyah.net]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar