Breaking

LGBT Adalah Penyimpangan

LGBT Sebuah Penyimpangan
Organisasi Wanita Islam enggan menyebut komunitas yang diduga berperilaku menyimpang seperti komunitas Lesbi, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) dengan nama atau sebutan yang sebenarnya.

"Kami tidak mau memakai nama itu (LGBT). Kami punya nama (sebutan) yaitu penyimpangan orientasi seksual," kata Ketua Umum Wanita Islam, Atifah Thaha, usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Menurut Atifah, organisasi wanita Islam yang tergabung dari 16 organisasi perempuan Islam akan mengambil sikap terkait munculnya fenomena LBGT.

Diakui Atifah, LGBT merupakan fenomena kehidupan sosial yang dikategorikan sebagai kecenderungan penyakit, di mana bisa timbul dari proses keturunan maupun lingkungan.

Oleh sebab itu, organisasi wanita Islam memiliki kewajiban untuk menyelamatkan mereka, terlebih menyelamatkan generasi muda Indonesia.

"Kami mengadakan FGD (forum group diskusi) dan mengadakan seminar dengan para ahli, psikolog, psikiater, remaja, ahli seksnya kami sudah bicara. Insyallah nanti kami akan sebarkan leaflet yang akan disebar ke seluruh Indonesia," pungkasnya.
Pada 1999, Profesor George Rice dari Universitas Western Ontario dari Kanada, mengadaptasi riset Hamer dengan jumlah responden yang lebih banyak. Rice dan tim memeriksa 52 pasang kakak beradik homoseksual untuk melihat keberadaan empat penanda di daerah kromosom. Hasilnya menunjukkan kakak beradik itu tidak memperlihatkan kesamaan penanda di gen “Xq28” kecuali secara kebetulan. Sehingga hasil penelitian mereka tidak mendukung adanya kaitan gen mendasari homoseksual.
Secara sudut pandang hubungan sosial kemasyarakatan, justru persoalan LGBT ini muncul dari sudut pandang yang salah dalam melihat “naluri seksual”. Sehingga fenomena LGBT merupakan penyakit masyarakat atau sebuah penyimpangan seksual, dan penyakit masyarakat ini “menular”.
Lebih mengakar lagi, beliau menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi muncunya LGBT dengan menggunakan teori perkembangan psikoseksual. Diantaranya ialah faktor biologi dalam arti pengkondisian lingkungan, faktor psikologi dan faktor lingkungan (bagaimana cara memperlakukan seorang anak sesuai kodratnya).

Pembahasan pun tidak berhenti di sini, selanjutnya beliau menjelaskan dua dampak atau bahaya bagi kaum LGBT. Adapun itu bahaya dari segi kesehatan dan bahaya dari segi perilaku. Data dari CDC (Center for Disease and Prevention) AS tahun 2010 menunjukkan, dari 50 ribu infeksi HIV baru, dua pertiganya adalah gay MSM (Male Sex Male). Data 2010 ini bila dibanding 2008 menunjukkan peningkatan 20%. Wanita transgender risiko terinfeksi HIV 34 kali lebih tinggi dibanding wanita biasa. Lalu bagaimana bahaya LGBT bagi kehidupan masyarakat? Beberapa penyakit jiwa dengan penyimpangan seksual mungkin saja akan dikeluarkan dari pendiagnosisan gangguan jiwa atas nama kebebasan.
Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.