Breaking

Tauhid Uluhiyyah ( Bag 1 )

Tauhid Uluhiyyah
Disebut Tauhid Uluuhiyah karena tauhid ini berkaitan dengan kata ilaah yang berarti “yang disembah (diibadahi)”. Maka Tauhid uluuhiyyah disebut juga tauhid ibadah.

Tauhid Uluuhiyah berarti mengesakan Allah dalam uluuhiyyah-Nya. yaitu: Meng-esakan Allah dalam perbuatan para hamba berdasarkan niat Taqorrub yang disyari’atkan, seperti do’a, nadzar, kurban, rojaa (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut/khawatir) dan inabah (kembali/taubat).

Jenis Tauhid inilah inti da’wah para rasul yang diutus, mulai dari rasul yang pertama sampai yang terakhir. Setiap rasul diperintahkan menda’wahkan untuk menyembah hanya kepada Allah saja. Dan inilah kandungan makna tauhid Uluuhiyah. Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib, dan lain-lain. Allah berfirman yang artinya :
"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilaah bagimu selain-Nya." (QS.7/ 59,65,73,85)

Dan seperti yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw:, Allah berfirman yang artinya:
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS.39 /11).

Rasulullah saw bersabda,yg artinya:
“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilaah yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah “ (HARUS>Bukhari & Muslim)

      Kewajiban awal bagi setiap mukallaf adalah bersaksi bahwa Tidak ada Ilaah kecuali         Allah. Serta mengamalkannya. Begitu pula kewajiban awal bagi orang yang masuk  islam adalah mengikrarkan dua kalimah syahadat.

Jadi jelaslah bahwa Tauhid Uluhiyyah adalah maksud dari da’wah para Rosul . Disebut demikian, karena Uluuhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya “Allah”, yang artinya dzul Uluuhiyah (yang memiliki sifat uluhiyyah/yang disembah dengan haq)

Ibnu Taimiyyah rhm berkata: ‘Tauhid yang dibawa oleh para Rosul mengandung penetapan ke-Ilahiyah-anNya semata dengan bersaksi bahwa: LAA ILAAHA ILLALLAH (Tiada ilaah (Tuhan yang berhak disembah) kecuali Allah), yaitu :

· Tidak menyembah kecuali kepada –Nya.
· Tidak bertawakkal kecuali kepada –Nya.
· Tidak ada tempat memberikan loyal kecuali kepada –Nya.
· Tidak memusuhi kecuali di jalan-Nya.
· Tidak beramal kecuali mengharapkan ridla-Nya.


Hal itu semua mencakup penetapan apa yang telah ditetapkan olehNya terhadap diriNya berupa asmaa dan shifaat-Nya. Allah berfirman, yang artinya :
“Dan Ilaah kalian adalah Ilaah Yang Satu; tidak ada Ilaah (Tuhan yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” QS.2 /163)

PENGERTIAN KATA “ILAAH” DAN KAITANNYA DENGAN LAA ILAAHA ILLALLAH

Yang dimaksud dengan tauhid bukanlah semata-mata tauhid Rubuubiyyah,yakni meyakini bahwa Allah yang menciptakan alam semesta (sebagaimana yang diyakini oleh ahli kalam dan tasawwuf).Dan tidaklah pula kata “Ilaah” diartikan “alqoodir”(yang Maha berkuasa).sehingga Akan tetapi dinamakan sudah bertauhid jika seseorang bersaksi bahwa LAA ILAAHA ILLALLAH yang Maha Esa,dia juga mengikrarkan bahwa sesungguhnya hanya Allah saja sebagai Ilaah yang berhak untuk diibadahi,lalu dia komitmen untuk selalu beribadah hanya kepada-Nya saja yang tidak ada sekutu baginya.

Kata “al-Ilaah” artinya adalah Yang disembah, yang diibadahi,dan yang berhak untuk diibadahi.

Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH, terdiri dari 2 penggalan, yaitu :
LAA ILAAHA, artinya: Tidak ada Ilaah (Penafian =peniadaan)
ILLALLAH, artinya: Kecuali Allah (itsbat = penetapan)

Adapun pengertian ILAAH dalam kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH menurut istilah,maka para ulama dengan keilmuan yang dalam mengenai alQuran dan As-Sunnah, mereka menerangkannya dengan detail dan panjang lebar, dimana antara yang satu dengan yang lain saling menyempurnakan.

Diantaranya :
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :”Al-ilaah adalah yang dicintai, yang disembah, yang semua hati cenderung kepadaNya pada saat bahaya, berdo’a kepadaNya dalam perkara-perkara yang agung, bertawakkal kepadaNya untuk kebaikan dirinya, serta damai dengan cinta-Nya, dan itu semua tidak ada yang berhak kecuali hanya Allah saja. Maka kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH adalah perkataan yang jujur dan ahlinya adalah kelompok Allah dan golongan-Nya. Sedangkan orang yang mengingkarinya adalah musuh-Nya dan kelompok (dalam) kemurkaan dan siksa-Nya. Jika seseorang telah benar tauhidnya, maka benar pula segala permasalahan, keadaan dan perasaannya. Jika seseorang hamba tidak membenahinya, maka kerusakan adalah pasti baginya, baik keyakinan maupun amalannya”.

Ibnu alQayyim rahimahullah berkata :”al-Ilaah adalah semua hati bergantung kepadaNya dengan mencintaiNya, meng-agungkanNya, kembali kepadaNya, menyatakan kebesaranNya, tunduk, merendahkan diri, takut, berharap dan bertawakkal kepadaNya”.

Ibnu Rojab rahimahullah berkata,:” al-ilaah adalah yang ditaati dan tidak didurhakai, sebagai pengagungan dan rasa hormat kepadaNya, kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal, memohon dan berdo’a kepadaNya. Ini semua tidak patut kecuali kepada Allah azza wajalla. Barangsiapa membuat sekutu dengan makhluk dalam salahsatu dari hal-hal tersebut yang merupakan kekhususan sifat uluhiyyah (ketuhanan dalam ibadah), maka keikhlasan orang itu cacat dalam perkataannya terhadap LAA ILAAHA ILLALLAH. Pada diri orang itu terdapat unsur penyembahan terhadap makhluk, dan penyembahan ini tergantung kadar yang dilakukannya”.

(…… bersambung……..)

(disarikan dari buku:
1). “Kitab Tauhid” jilid 1,tulisan Dr.Shalih Fauzan bin Abdullah alFauzan (terjemahan kitab attauhid), penerbit: Darul Haq- Jakarta)
2).”Fathul Majid, Penjelasan kitab Tauhid”,(terjemahan Kitab Fathul Majid, syarh kitaabut-tauhid) ; tulisan syeikh Abdurrahman Hasan Alu Syeikh ; penerbit pustaka azzam –jakarta.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.