Ketika Rasa Itu Datang
Malas Ibadah |
Ketika iman berada di puncak
kualitas, itulah kondisi yang diharapkan. Sayangnya, kondisi sebaliknyalah yang
sering terjadi; iman menurun hingga berada di lembah terendah. Di tahap ini,
iman dirasa kurang manfaatnya. Banyak di antara mereka yang terjerumus dalam
kemalasan berkelanjutan hingga futur bahkan sampai berani meninggalkannya,
Na'udzhubillah.
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً فَإِنْ كَانَ
صَاحِبُهَا سَدَّدَ وَقَارَبَ فَارْجُوهُ وَإِنْ أُشِيرَ إِلَيْهِ بِالأَصَابِعِ
فَلا تَعُدُّوهُ
“Sesungguhnya pada segala sesuatu itu
ada masa semangat. Dan pada kesemangatan itu ada (massa) kemalasan. Kalau orang
yang dalam kondisi malas dapat menjaga keseimbangan (amalannya). Maka semoga mendapatkan
kemenangan. Kalau dia (terlalu semangat dalam beramal sampai terkenal) dan
ditunjuk. Maka dia jangan dimasukkan (golongan orang saleh).” (HR. Tirmizi, no.
2453 dihasankan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi, 1995)
Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاذْكُر رَّبَّكَ
فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ
وَالْأَاصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِينَ
"Dan ingatlah Tuhanmu dalam
hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,
pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lengah." (QS. Al-A'raf: 205)
Sesungguhnya hati manusia berada di
antara jari jemari Allah Ta'ala, Dialah yang kuasa mengarahkannya sesuai dengan
kehendak-Nya. Untuk itu agar hati ini terus diarahkan kepada kebaikan dan amal
sholeh serta dihilangkan dari berbagai penyakit termasuk rasa malas maka
mintalah kepada Allah melalui berdoa kepada-Nya. Ucapkanlah doa di saat pagi
hari tatkala ia hendak memulai aktivitasnya dan juga di saat petang hari
tatkala ia mengakhiri aktivitasnya.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa membaca do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat
kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana
kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena hakekat nafsulah yang
menjadikan segala sesuatu menjadi berat, termasuk ibadah.
Oleh karena itu tidak ada jalan lain
kecuali kita terus berusaha menjadikan hati kita bersemangat untuk melakukan ketaatan.
Bagaimana caranya?
Pertama, kita berdoa kepada Allah agar
memberikan kepada kita semangat dalam keataatan. Diantara doa yang diajarkan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : /allahumma inni as-aluka fi’lal
khoiroot wa tarkal mungkaroot wa hubbal masaakin wa an taghfiro lii wa tarhama
nii wa tatuuba ‘alaiyya/ (Ya Allah aku minta kepada engkau, agar aku bisa
melakukan kebaikan, dan agar aku bisa meninggalkan kemaksiatan, dan berikan aku
rasa cinta kepada orang-orang miskin, dan semoga Engkau mengampuni aku,
merahmati aku dan menerima taubatku). (HR. At Tirmidzi no. 3235, ia berkata:
“hasan shahih”).
Seorang mukmin dia tidak ingin
mendapati dirinya malas melakukan ketaatan. Maka ia pun minta kepada Allah agar
ditolong dalam melakukan ketaatan.
Kedua, kemudian seorang mukmin juga
berusaha mengambil sebab-sebab yang membuatnya bersemangat dalam ketaatan.
Misalnya dengan membaca mengenai keutamaan amalan-amalan, yaitu bagaimana Allah
akan memberikan pahala yang besar yang berupa kebahagiaan di akhirat, bagaimana
Allah menyediakan pahala yang besar berupa surga, sehingga ketika membaca hal
itu seorang mukmin menjadi bersemangat untuk beramal shalih.
Ketiga, seorang mukmin juga berusaha
agar ia tetap bersemangat ketika sedang melaksanakan ketaatan tersebut. Ia
berusaha untuk berteman dengan orang-orang shalih. Ia berusaha untuk senantiasa
menjadi orang yang kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala dengan
bertemankan orang-orang shalih. Ketika ia melihat teman-teman shalihnya
tersebut berlomba-lomba dalam kebaikan, maka akan ada dorongan dalam hati kita
untuk juga ikut berlomba-lomba bersama mereka dalam kebaikan. Itulah teman yang
shalih, teman yang shalih memberikan kita kekuatan dalam Islam wahai akhol
Islaam.
Allah menjadikan hati seseorang berat
melakukan ketaatan bisa dikarena maksiat yang ada di dalam hatinya. Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah ketika menyebutkan beberapa akibat buruk dari dosa beliau
menyebutkan di antaranya adalah dosa menjadikan hamba berat melakukan ketaatan.
Sehingga dosa itu menjadikan dia malas beramal shalih, menjadikan hatinya hitam
kelam, akhirnya cahaya iman yang memberikan semangat berbuat ketaatan akan
redup sedikit-demi-sedikit.
Demikian pula orang munafik, akibat
dosa-dosa yang ada dalam hati mereka, berupa keraguan kepada Allah dan
Rasul-Nya, akhirnya Allah jadikan mereka berat melakukan ketaatan demi
ketaatan. Allah jadikan mereka berat hatinya untuk mengamalkan kebaikan. Karena
itu wahai saudaraku, mari kita tinggalkan maksiat, segera kita tinggalkan
maksiat. Karena maksiat menjadikan hati kita berat untuk mengamalkan ketaatan
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Seseorang akibat perbuatan maksiatnya,
seringkali membuat ia tidak mampu untuk shalat tahajud, berat hatinya untuk
bangun di waktu malam. Seseorang akibat perbuatan maksiatnya, lisannya kelu
untuk berdzikir kepada Allah. Bahkan hatinya tak merasakan lagi kenikmatan di
saat ia mengucapkan “Subhaanallah, walhamdulillah, laailaaha illallah, allahu
akbar”. Hatinya tak bergetar ketika disebutkan ayat-ayat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Padahal ciri seorang mukmin disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala
(yang artinya),
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal” (QS. Al Anfal: 2).
Tapi akibat maksiat, ketika kita menyebut nama
Allah, hati kita tidak merasakan takut kepada Allah. Akibat maksiat, ketika
mendengar ayat-ayat Allah bertambahlah keimanan kita. Bahkan terkadang kita
merasa gersang ketika mendengarkan ayat-ayatnya. Kita khawatir termasuk
orang-orang yang tidak diinginkan oleh Allah untuk berbuat kebaikan.
Wallahi ayat ini membuat kita
merinding dan takut sekali. Maka jangan sampai kita termasuk orang-orang yang
tidak diinginkan oleh Allah untuk berbuat kebaikan. Padahal diantara tanda
bahwa seseorang itu diinginkan oleh Allah kebaikan padanya adalah dijadikan ia
semangat berbuat ketaatan. Ia pun semangat untuk menuntut ilmu Allah sebagai
sumber dari amalan shalih.
Bukankah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: “barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah jadikan ia
faqih dalam agama” (HR. Bukhari – Muslim).
Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin rahimahullah, berarti orang yang tidak diinginkan kebaikan oleh Allah
dalam agama tandanya adalah ia malas untuk menuntut ilmu agama, dijadikan
hatinya berat. Sehingga untuk berjalan kaki menuju ke majelis-majelis ilmu, ia
merasa berat hatinya.
Ref//Arbionline
Tidak ada komentar:
Posting Komentar