Wali Alloh Tapi Peminum Khamer ?
Berbaik Sangka |
Cerita ini diambil dari buku harian Sultan Murad IV
Dikisahkan bahwa
suatu malam Sultan Murod Ar-Rabi` mengalami kegundahan yang sangat, dan dia tdk
mengetahui sebabnya.
Maka
Sang Sultan memanggil kepala penjaga/sipir dan memberitahukan ttg keadaannya yg
sedang gundah,
Dan memang merupakan kebiasaan Sultan bahwa dia sering memeriksa keadaan
masyarakat/rakyatnya secara sembunyi-sembunyi.
Maka Sultan berkata kpd Kepala Sipir : Mari kita keluar, jalan-jalan di antara penduduk (guna memeriksa dan memantau keadaan mereka).
Maka Sultan berkata kpd Kepala Sipir : Mari kita keluar, jalan-jalan di antara penduduk (guna memeriksa dan memantau keadaan mereka).
Mereka
pun berjalan hingga sampailah di sebuah penghujung desa, dan Sultan melihat
seorang pria tergeletak di atas tanah.
Sultan menggerak-gerakknnya (utk memeriksa) dan ternyata pria tsb telah meninggal dunia.
Sultan menggerak-gerakknnya (utk memeriksa) dan ternyata pria tsb telah meninggal dunia.
Namun
anehnya orang-orang yang melintasi dan berlalu lalang di sekitarnya tdk
memperdulikannya.
Maka
Sultan pun memanggil mereka, tapi mereka tdk mengetahui Sang Sultan,
Mereka berseru : Ada apa?
Sultan : Kenapa pria ini meninggal dunia dan tdk seorangpun yang membawanya? Siapa dia? Dan diman keluarganya?
Mereka berseru : Ada apa?
Sultan : Kenapa pria ini meninggal dunia dan tdk seorangpun yang membawanya? Siapa dia? Dan diman keluarganya?
Mereka
berujar : Ini orang zindiq, suka minum khomar, pezina.
Sultan
menimpali : Namun bukankah dia dari golongan umat Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam?
Ayo bawa dia ke rumah keluarganya.
Ayo bawa dia ke rumah keluarganya.
Maka
mereka pun membawanya.
Ketika
sampai di rumah, istrinya pun melhatnya dan langsung menangis.
Dan orang-orangpun mulai beranjak pergi, kecuali Sang Sultan dan Kepala Sipir.
Dan orang-orangpun mulai beranjak pergi, kecuali Sang Sultan dan Kepala Sipir.
Di
tengah tangisan si wanita (istri si mayit), dia berseru kepada Sultan (namun
wanita tsb tdk mengetahuinya) : Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah, aku
bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah.
Maka
terheranlah Sultan Murod dgn ucapan wanita tsb, dan berkata : Bagaimana mungkin
aku termasuk wali Allah sementara orang-orang berkata buruk thd si mayyit,
hingga mereka enggan mengurusi mayatnya.
(Pen, Sultan merasa heran, bagaimana mungkin seorang zindiq ditolong oleh wali Allah)
(Pen, Sultan merasa heran, bagaimana mungkin seorang zindiq ditolong oleh wali Allah)
Wanita
pun menjawab : Aku sudah duga hal itu,
Sungguh
suamiku setiap malam pergi ke penjual arak/khomar lantas membeli seberapa
banyak yang dia ias beli, kemudian membawanya ke rumah kami dan menumpahkan
seluruh khomar ke toilet, dan dia (suami) berkata : Semoga aku ias meringankan
keburukan khomar dari kaum muslimin.
Suamiku
juga selalu pergi kepada para zaniah/pelacur dan memberinya uang, dan berkata :
iasada kau ku bayar dan jangan kau buka pintu rumahmu (utk melacur) hingga
pagi,
Kemudian
suamiku kembali ke rumah dan berujar : Alhamdu lillah, semoga dgn itu aku ias
meringankan keburukannya ( pelacur) dari pemuda-pemuda muslim iasada.
Namun
sementara orang-orang menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khomar,
dan masuk ke rumah pelacur,
Dan lantas mereka membicarakan suamiku dgn keburukan.
Dan lantas mereka membicarakan suamiku dgn keburukan.
Pernah
suatu hari aku berkata pada suamiku : Sungguh jika seandainya engkau mati, maka
tdk iasada orang yang akan memandikanmu, menyolatkanmu, dan menguburkanmu.
Suamikupun
tersenyum dan menjawab : Jangan khawatir Sayangku… Sultan/Pemimpin kaum
muslimin lah yang akan menyolatkanku beserta para ulama dan pembesar-pembesar
negeri lainnya.
(Setelah
mendengarnya) Sultan pun menangis lantas berkata : Suamimu benar,
Demi Allah aku adalah Sultan Murod Ar-Robi`,
Dan besok kami akan memandikan suamimu, menyolatkannya dan menguburkannya.
Demi Allah aku adalah Sultan Murod Ar-Robi`,
Dan besok kami akan memandikan suamimu, menyolatkannya dan menguburkannya.
Dan
diantara yang menyaksikan jenazahnya adalah Sultan Murod, para ulama, para
masyayikh dan seluruh penduduk kota.
Maha
Suci Allah, kita hanya ias menilai orang dgn hanya melihat penampilan dan kulit
luarnya dan kita pula hanya mendengar omongan orang.
Maka
sendainya jika kita mampu bijak, kita akan memandang dan menilai orang dari
kebersihan hatinya,
Maka niscaya lisan kita akan kelu membisu dari menceritakan keburukan orang lain..
Maka niscaya lisan kita akan kelu membisu dari menceritakan keburukan orang lain..
Subhanallah….Terkadang kita suka
menilai orang dari apa yang kita lihat dan kita dengar dari omongan orang
orang. Andai saja kita mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati seseorang,
niscaya pasti kita akan menjaga lisan kita dari membicarakan orang lain…
*Sultan
Murad IV adalah Sultan Khilafah Utsmaniyah ke-17 (1623-1640).
Dia hidup pada tahun 1021-1049 H (1612-1640 M).
Dia diangkat menjadi Sultan Kekhilafahan Utsmaniyah pada usia 11 tahun.
Dia hidup pada tahun 1021-1049 H (1612-1640 M).
Dia diangkat menjadi Sultan Kekhilafahan Utsmaniyah pada usia 11 tahun.
Ref//kisah teladan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar