Breaking

Tetaplah Tegar Dijalan Dakwah

Tedar Dijalan Dakwah
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.( QS : Ali Imron : 110 )

Di tangan kitalah harapan Islam diletakkan. Harapan agar Islam menampakkan jati dirinya sebagai rahmat bagi semesta alam. Harapan agar Islam menjadi kenyataan keseharian di tengah kehidupan masyarakat, tanpa ada fitnah dalam agama. Harapan agar Islam memimpin peradaban. Untuk itulah dakwah terus kita lakukan, untuk itulah kebenaran terus kita perjuangkan, untuk itulah perjuangan senantiasa kita tunaikan.

Hanya mereka yang mampu tegar di jalan dakwah, akan merasakan kenikmatan perjuangan. Berbagai hambatan dirasakan sebagai kenikmatan dalam beraktivitas, menambah dinamika pergerakan. Mereka tidak gentar menghadapi tantangan, sebab telah diyakini bahwa Allah akan menolong aktivis di jalan Nya. Bisa jadi mereka tak punya apa-apa, namun mereka paham bahwa mereka memiliki Allah dalam dada. Dan di situlah letak kekuatan!

Hanya mereka yang mampu tegar di jalan dakwah, akan mendapat kemuliaan. Hanya mereka yang tegar di jalan dakwah yang memiliki optimisme dalam perjuangan, sesuatu yang amat mahal saat ini. Terlalu banyak kaum muslimin yang pesimistis terhadap masa depannya sendiri. Ia tidak memahami bahwa masa depan telah pasti di tangan Islam. Perasaan cemas dan rasa khawatir akan senantiasa menghantui orang-orang yang tidak terlibat dalam gerakan dakwah Islam.

Para aktivis dakwah, jika ada dua pilihan dalam kehidupan, untuk menjadi pemikul beban dakwah ataukah menjadi beban bagi dakwah, mengapa tidak segera memilihnya? Hanya mereka yang tegar di jalan dakwah, akan memilih alternative terbaik yang mampu mengantarkannya ke pintu gerbang kemenangan.

Inilah saat yang sangat tepat, untuk mengabdikan diri kita secara total kepada Allah dalam sebuah gerakan perjuangan mengemban misi-misi Islam. Waktu akan terus berjalan, tanpa peduli, menggilas dan meninggalkan mereka yang masih suka bersantai menyibukkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi kehidupan abadinya. Jadilah kader yang senantiasa jaga, tidak lalai, dan lengah.

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dan mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan membayarkan zakat. Mereka takut pada suau hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (Q.S. An Nur : 37)

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang yang merugi.” (Q.S. AL Munafiqun : 9)

Saatnya telah tiba, memperbaiki persiapan-persiapan kemudian melangkah secara pasti di medan dakwah yang penuh tantangan. Raih masa depan yang gilang-gemilang. Rajut peradaban yang kilau cemerlang.


“Apa yang akan terjadi pada musuh-musuh Islam jika mereka tahu strategi mereka tidak melemahkan hati kita dan malah menguatkannya, tidak mengendurkan semangat dan malah mengobarkannya, tidak melunturkan tekad dan malah meninggikannya?”
“Ya, apa yang terjadi pada mereka jika mereka tahu kita lebih dekat dengan Allah Ta’ala saat ujian semakin berat? Jika cobaan kian berat dan pasukan musuh semakin banyak, maka hati semakin sujud kepada Tuhannya, bertekad kuat meneruskan kiprah di jalan dakwah tanpa lemah, dan berdoa kepada Allah agar menyelamatkannya dari apa saja yang Ia benci dan melindunginya. Kemarahan mereka seperti apa, andai mereka tahu ternyata mereka menjadi kendaraan yang kita naiki untuk mengarungi satu babak perjalanan yang mesti dilalui, yaitu babak penyucian diri dan seleksi?
Apakah kemarahan mereka bermanfaat?”


(Dr. Najih Ibrahim)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.