Perintah Untuk Bersiap dan Jangan Lalai
Persiapkan Kekuatan |
Persiapkan
kekuatan untuk menghadapi mereka dengan berlatih menggunakan senjata-senjata
perang dan mempelajari cara-cara dan metode peperangan yang sesuai dengan era
sekarang. Diriwayatkan dari Uqbah bin amir Radhiyallahu 'Anhu berkata: aku
mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda di atas mimbar:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ
أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ
"Dan persiapkanlah dengan segala
kemampuan untuk menghadapi mereka. Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah
memanah. Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah,
sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah." (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasai,
Ahmad dan lainnya)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda,
ارْمُوا وَارْكَبُوا
وَإِنْ تَرْمُوا خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا
"Memanah dan berkudalah, dan
kalian memanah lebih aku sukai dari pada berkuda." (HR. Ahmad, Tirmidzi,
dan Ibnu Majah. Hadits ini Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Maka siapa yang meninggalkan (pengetahuan/kemampuan) memanah (di
antaranya menembak) setelah ia mengetahuinya karena membencinya, maka itu
adalah nikmat yang ditinggalkannya atau yang ia kufuri.
Dari Salamah bin al-Akwa' Radhiyallahu
'Anhu berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah melewati kaum yang
sedang berlomba memanah, siapa di antara mereka yang menang, lalu beliau
bersabda: "Panahlah wahai Bani Ismail. Islamil adalah bapaknya bangsa
Arab. Sesungguhnya bapak kalian adalah seorang pemanah. Dan aku bersama
(menjagokan) bani fulan."
Kemudian salah satu dari dua kelompok
itu menurunkan tangannya (tidak melanjutkan), karenanya beliau Shallallahu
'Alaihi Wasallam bertanya, "kenapa kamu tidak memanah?" Mereka
menjawab, "Bagaimana kami memanah sementara Anda bersama mereka?"
Kemudian Nabi shalawatullah wasalamuhu 'alaihi bersabda: "Mulailah memanah
dan aku bersama kalian semua."
Beliau bersabda, "Akan ada banyak bumi yang ditaklukkan oleh
kalian dan semoga Allah menolong kalian. Janganlah salah seorang kalian malas
untuk bermain-main dengan anak panahnya."
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menjelaskan dalam hadits ini, tidak boleh meninggalkan memanah walau ia tidak
memiliki hajat terhadapnya. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga pernah menerangkan, "Siapa yang
sampai di jalan Allah dengan satu anak panah –yakni siapa yang memanah dan
mengenai musuh- maka bagi satu derajat di surga."
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menjelaskan dalam hadits ini, tidak boleh meninggalkan memanah walau ia tidak
memiliki hajat terhadapnya.
Dan arramyu (memanah/melempar) yang
ditafsirkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam ayat mencakup setiap
panah yang sesuai pada setiap masa dan tempat. Memanah pada era beliau adalah
dengan busur, panah dan manjanik, maka memanah yang pas pada era sekarang
adalah dengan senapan dan macam-macam senjata api, bom dan rudal. Sebabnya,
karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyebutkan ramyu (melempar) secara
global dan tidak menentukan senjata yang digunakan.
Di antara metode Islam dalam
menganjurkan untuk mempelajari cara melempar adalah dengan membolehkan untuk
berkompetisi dengan taruhan di dalamnya. Maka boleh seseorang berlomba menembak
dengan taruhan beberapa dirham atau semisalnya karena di dalamnya terdapat
anjuran dan motifasi untuk belajar memanah (masuk di dalamnya menembak).
Maka boleh seseorang berlomba menembak
dengan taruhan beberapa dirham atau semisalnya karena di dalamnya terdapat
anjuran dan motifasi untuk belajar memanah (masuk di dalamnya menembak).
Kemudian syaikh Utsaimin memuji
kebijakan Mamlakah Arab Saudi yang memerintahkan untuk dibukanya pusat-pusat
tadrib (latihan) berperang di negerinya. Selanjutnya beliau berharap agar
tempat-tempat semacam ini juga diadakan di semua negeri kaum muslimin sehingga
para pemudanya mahir menggunakan senjata untuk membela agamanya dan
mempertahankan negeranya. Beliau berharap agar negeri-negeri kaum muslimin
serta rakyatnya berkompetisi dan berlomba dalam ranah yang mulia ini dalam
rangka melaksanakan perintah Allah Ta'ala sesuai harapan para pemimpinnya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلاَ يَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَ * وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا
اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ
اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ
يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ
إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ
"Dan janganlah orang-orang yang
kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah).
Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah
niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan)." (QS. Al-Anfal: 59-60)
Sumber : VOA-Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar