Niatkanlah, atau Kau menjadi Munafik
Niatkanlah |
Seorang muslim yang
menyadari kondisi zamannya dan memahami janji Allah dalam ibadah jihad akan
bertekad memenuhi panggilan jihad kapan saja panggilan itu datang. Ia
senantiasa bersiap diri dan berjanji untuk segera berjihad jika diminta
berangkat atau diminta pertolongan oleh rekan-rekannya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"apabila kalian diminta untuk berangkat maka berangkatlah." (HR. al Bukhari dalam Shahihnya)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"apabila kalian diminta untuk berangkat maka berangkatlah." (HR. al Bukhari dalam Shahihnya)
Apabila seseorang telah
meniatkan diri berjihad, kemudian tertinggal dari jihad atau tidak mampu
berangkat jihad, pasti dia bersedih. Allah telah menceritakan kisah tentang
kaum 'Asy'ariyin –yaitu para sahabat yang tidak mampu membekali diri untuk
berangkat jihad
"Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang
yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu
kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu
mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan,
lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan." (QS. Al
Taubah: 92)
Termasuk bukti keseriusan
nita seseorang untuk berjihad adalah bersedih dan menyesal ketika dia
tertinggal dari jihad di jalan Allah, lalu keadaannya seperti yang diungkap
dalam sebuah sya'ir:
“ Tatkala disebutkan perang dan syahadah
Berkobarlah kerinduanku kepada jannah
Tatkala singa Allah meraung di medan perang
Menyalalah kerinduan kepada jihad dengan terang
Aduhai diriku yang berjihad pun tak lagi mampu
Betapa sedih saat ini karena menyesali masa
yang telah lalu “
Adapun orang yang
mengatakan, "Al Hamdulillah, Allah tidak membutuhkan bantuan kita,"
ketika tertutup jalan atau tidak bisa berjihad. Maka orang semacam ini
tergolong orang yang membenci jihad dan tidak punya tekad berjihad. Orang
seperti ini serupa dengan kaum munafikin yang membenci jihad, tidak mau keluar
berjihad kecuali karena terpaksa. Kalaupun mereka keluar ke medan jihad, mereka
hanya melemahkan semangat jihad kaum muslimin dan berlari ketika bertemu musuh.
Sungguh sangat jauh berbeda
antara orang yang menangis dan bersedih tatkala tertinggal jihad dengan orang
yang menyembunyikan rasa senang dalam hatinya karena mendapatkan udzur (alasan)
untuk tidak berjihad. Allah Mahatahu rahasia di dalam hati. Meniatkan diri
untuk berjihad akan melenyapkan penyakit nifak dari diri seseorang.
Dalam Shahih Muslim, dari
Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِهِ, مَاتَ عَلَى
شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
"Barangsiapa meninggal dunia
sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk berperang, maka
dia mati di atas satu cabang dari kemunafikan."
Imam an Nawawi rahimahullah berkata
dalam al Minhaj, "maknanya siapa yang melakukan ini, maka dia mirip dengan
orang-orang munafik yang tertinggal dari jihad dalam sifat ini. Sebab
meninggalkan jihad adalah satu cabang kemunafikan." (Al Minhaj: 13/50)
Syaikhul Islam mengatakan dalam al
Fatawa, "yang dimaksud dengan nifak kecil adalah nifak dalam amal dan yang
serupa, seperti berbohong ketika bicara, ingkar ketika berjanji, berhianat
ketika diberi amanat, atau berlebihan ketika bertengkar. Termasuk dalam masalah
ini adalah berpaling dari jihad. Sikap ini termasuk karakter orang-orang
munafik. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "barangsiapa
meninggal dunia sementara dia belum pernah berperang atau meniatkan diri untuk
berperang, maka dia meninggal di atas satu cabang kenifakan." (HR. Muslim)
Allah menurunkan surat Al Bara-ah (At
Taubah) yang juga disebut Al Fadhihah (penyingkap) karena surat ini menyingkap
orang-orang munafik. Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Ibnu 'Abbas radliyallah
'anhu berkata, "surat al Fadhihah ini turun dengan selalu menyebut 'dan
mereka dan di antara mereka' hingga para sahabat pun menyangka tidak tersisa
seorang pun kecuali disebutkan dalam surat ini."
Surat al Taubah ini turun di akhir
peperangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu perang Tabuk tahun 9
Hijriyah. Pada saat itu Islam mendapatkan kemenangan. Maka, Allah menyingkap
keadaan orang-orang munafik dan menyifati mereka sebagai pengecut dan
meninggalkan jihad. Allah juga menyifati mereka sebagai orang bakhil dalam
berinfak di jalan Allah dan pelit terhadap hartanya. Inilah dua penyakit besar:
pengecut dan bakhil. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
شَرُّ مَا فِي
رَجُلٍ شُحٌّ هَالِعٌ وَجُبْنٌ خَالِعٌ
"Seburuk-buruk sesuatu yang
terdapat pada seseorang adalah kikir lagi suka berkeluh kesah dan pengecut lagi
lemah." (HR Abu Dawud)
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ
الصَّادِقُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang
beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al Hujuraat: 15)
Dalam ayat di atas, Allah membatasi
orang mukmin pada orang yang beriman dan berjihad. Sebaliknya, Allah
mengabarkan orang yang menjauhi jihad bukan orang beriman. Allah berfirman
(artinya);
"Sesungguhnya yang akan meminta
izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keragu-raguannya." (QS. Al Taubah: 45)
Allah memberitahukan bahwa orang
beriman tidak akan meminta izin meninggalkan jihad. Dan orang-orang yang
meminta izin adalah orang yang tidak beriman. Lalu bagaimana dengan orang yang
meninggalkan jihad tanpa izin?" (Majmu' Fatawa: 28/436)
Berhati-hatilah Anda, wahai saudaraku,
agar tidak menyerupai orang munafik dan tidak meninggal dunia dengan menyimpan
satu cabang dari kenifakan. Adapun orang yang mencela mujahidin dan mencela
jihad dengan berbagai cara dan sebutan, seperti tergesa-gesa, tidak
bermusyawarah dulu dan perkataan mereka yang lain, sungguh mereka akan
menyesalinya kelak diakhirat.
Sumber : Voa-Islam/Edit Alfaqir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar