Gelorakan Selalu Dalam Hatimu
Syaikh Abdullah Azzam |
Entah mengapa, kata jihad hari
ini menjadi salah satu kosakata yang diperbincangkan banyak pihak. Ada pihak
yang begitu semangat, pihak lain berupaya menyimpangkan dari maksud yang
sebenarnya. Dampaknya adalah sikap yang berlebih-lebihan, hingga muncul keyakinan
bahwa hari ini tidak perlu lagi belajar ngaji, mendalami fikih, dan semacamnya.
Hari ini adalah hari untuk jihad, tiada lain.
Di sisi lain, ada pihak yang begitu takut kepada kata ini setiap kali disebutkan. Padahal perintah wajib untuk berjihad fi sabilillah sama halnya seperti wajibnya shalat fardhu dan puasa Ramadhan. Kita tahu bahwa shalat fardhu dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang kita lakukan; puasa Ramadhan selain menghapus dosa juga dapat meningkatkan rasa solidaritas sesama muslim yang lain. Pun demikian dengan jihad fi sabilillah, ia mempunyai keutamaan seperti ibadah-ibadah yang lain. Di antaranya ialah menghilangkan kekafiran dan kesyirikan, mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan, membawa mereka kepada cahaya iman dan ilmu, menumpas orang-orang yang memusuhi Islam, menghilangkan fitnah, meninggikan kalimat Allah, menyebarkan agama-Nya, serta menyingkirkan setiap orang yang menghalangi tersebarnya dakwah Islam.
Di sisi lain, ada pihak yang begitu takut kepada kata ini setiap kali disebutkan. Padahal perintah wajib untuk berjihad fi sabilillah sama halnya seperti wajibnya shalat fardhu dan puasa Ramadhan. Kita tahu bahwa shalat fardhu dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang kita lakukan; puasa Ramadhan selain menghapus dosa juga dapat meningkatkan rasa solidaritas sesama muslim yang lain. Pun demikian dengan jihad fi sabilillah, ia mempunyai keutamaan seperti ibadah-ibadah yang lain. Di antaranya ialah menghilangkan kekafiran dan kesyirikan, mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan, membawa mereka kepada cahaya iman dan ilmu, menumpas orang-orang yang memusuhi Islam, menghilangkan fitnah, meninggikan kalimat Allah, menyebarkan agama-Nya, serta menyingkirkan setiap orang yang menghalangi tersebarnya dakwah Islam.
Begitu indah dan banyak manfaat
yang dapat diambil dari ibadah jihad ini, tapi mengapa banyak di antara kaum
muslimin pada hari ini hanya memandang sebelah mata ibadah yang agung ini,
bahkan mendefinisikan jihad ini dengan hal-hal yang sepele, jihad hanya
diartikan dengan “bersungguh-sungguh” melakukan pekerjaan apa pun.
Bila kita mengetahui arti jihad
yang sebenarnya, kita akan merasakan bahwa jihad itu indah seperti indahnya
ibadah shalat. Syaikh Abdullah Azzam menerangkan bagaimana jihad dapat
membentuk karakter seorang manusia dalam kehidupannya, dalam bukunya “Wasiat
Asy-Syahid Dr. Abdullah Azzam: BEGINILAH JIHAD MENGAJARIKU”
Pertama,
keimanan kita kepada takdir
tidak akan terwujud dalam jihad manusia melebihi perwujudannya di medan jihad.
Tawakal seseorang kepada Allah tidak akan sekuat di medan peperangan, terutama
tentang ajal dan rezeki. Akidah ini dituangkan jelas dalam lembaran Al-Qur’an
dengan ayat muhkamat.
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” (Ali Imran: 145)
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” (Ali Imran: 145)
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab)
rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (Adz-Dzariyat: 22)
Kedua,
izzah dan kemuliaan. Jihad mengajarkan
kepadaku bahwa muslim mujahid adalah makhluk paling mulia di bumi. Sebab yang
paling berharga dimiliki seseorang adalah nyawanya sementara ia
mempertaruhkannya dalam bahaya setiap hari demi membela agama-Nya. “Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(Ali Imran: 139)
Ketiga,
kehinaan dunia di mata seorang
mujahid seperti yang disebutkan dalam hadits, “Seandainya dunia itu sepadan di
sisi Allah dengan sayap lalat, maka Dia tidak akan memberikan minum kepada
orang kafir seteguk air dunia.” Ini sesuai dengan kejiwaan seorang
mujahid dan tingginya kepeduliannya terhadap puncak ajaran Islam yakni jihad di
mana ia hanya menilai dunia amat-amat kecil.
Sayyaf pernah berkata kepada
anak-anak penguasa, “Demi Allah, sesungguhnya 100 istana seperti istana ayahmu,
tidak pernah sepadan dengan sedetik pun saat berjihad.”
Keempat,
saya belajar dari jihad bahwa kehidupan hakiki
adalah kehidupan jihad dan mujahid. Ini sesuai dengan pendapat sebagian ahli
tafsir tentang makna ayat, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan
Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara
manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan.” (Al Anfal: 24)
Yang dimaksud “kepada sesuatu yang memberikan kehidupan” adalah jihad.
Kelima,
Yang dimaksud “kepada sesuatu yang memberikan kehidupan” adalah jihad.
Kelima,
jihad mengajariku bahwa Islam
adalah pohon yang tidak akan hidup kecuali di atas darah. Jika darah itu
mengering, maka urat dan syaraf agama ini akan mati.
Keenam,
saya keluar untuk jihad dengan keyakinan bahwa
jihad adalah sangat penting bagi gerakan Islam. Demikian juga gerakan Islam
sangat penting untuk menyalakan lentera jihad. Pimpinan gerakan dan umat juga
sangat penting bagi gerakan Islam agar jihad itu tetap menyala dengan
bahan bakarnya yakni bangsa dan masyarakat. Jika gerakan Islam tidak berjihad,
maka ia akan termakan dan habis sendiri dengan fitnah dan terpecah-pecah.
Gerakan Islam adalah detonator berton-ton bahan peledak. Masyarakat
adalah bahan peledaknya. Gerakan Islam tidak akan bisa berperang dalam jangka
panjang meski hanya melawan negara kecil apalagi besar, jika gerakan itu
mengisolir dari masyarakatnya. Ibarat dahan yang diputus dari pohonnya.
Banyaknya pengetahuan dalam gerakan Islam akan berbahaya bagi jiwa sebab hanya
membekukan hati dan perdebatan.
Ketujuh,
Ketujuh,
agama ini tidak bisa dipahami
kecuali melalui jihad agar diakui secara nyata di bumi. mereka yang bergelut
dengan ilmu agama dan fikih tidak akan mengetahui tabiat dan rahasianya kecuali
dengan jihad.
Kedelapan,
jihad mengajariku bahwa negara
Islam tidak mungkin ditegakkan kecuali melalui jihad rakyat dalam jangka
panjang. Dari sana akan tampak kelebihan dan perbedaan masing-masing.
Kesembilan,
jihad mengajariku bahwa negara
Islam yang tegak karena jihad tidak mungkin berdiri dengan kekuatan
militer sebab semua manusia membawa senjata dan takdir akan muncul
melalui kerja mereka dan kesabaran mereka serta pengorbanan mereka. Juga karena
mencapai pemerintahan tidak akan terjadi dalam kegelapan melalui konspirasi
namun ia terang seperti bawah matahari. Kepemimpinan akan diberikan kepada
mereka yang paling kuat, paling bersih, paling sederhana hidupnya, dan paling
jujur. Kepemimpinan ini diberikan sebagai harga mahal sebagai pengakuan negara
sehingga tidak boleh teledor.
Kesepuluh,
jihad mengajariku bahwa jihad
adalah sarana terbaik untuk membina diri manusia. Marabahaya akan membersihkan
fitrah manusia dan hanya kembali kepada Allah, perang akan membuka hari untuk
menghubungkan dengan Allah. Di tengah panas dan pahitnya ujian inilah jiwa
menjadi lembut. Seperti besi yang lembek oleh panas api. Sehingga tidak mudah
lalai karena setiap saat dekat dengan kematian.
Kesebelas,
saya belajar dari jihad bahwa
ia adalah faktor terbesar untuk menyatukan umat Islam.
Kedua belas,
Kedua belas,
saya belajar dari jihad bahwa
kepemimpinan dan tanggung jawab harus diserahkan kepada orang yang ikhlas dan
jujur. Merekalah jaminan keamanan, dan penjaga nyawa manusia, harta dan
kehormatannya.
Ketiga belas,
saya paham dari jihad bahwa
pendidikan (tarbiyah) menjadi penting dan sangat mendesak sebelum memanggul
senjata. Jika tidak maka orang yang membawa senjata tanpa tarbiyah akan menjadi
mafia senjata yang justru mengancam keamanan manusia.
Keempat belas,
saya belajar dari jihad bahwa
kesabaran itu tiangnya jihad itu sendiri. Bahkan ujung tombak agama ini.
Tidak ada jihad tanpa kesabaran. Anda bisa belajar ini dari mereka yang 10
tahun berjihad dengan kelaparan, sakit dan pakaian apa adanya.
Kelima belas,
jihad mengajariku bahwa pelangi
besar yang meliputi negara-negara besar seperti Amerika dan Rusia tidak sepadan
sama sekali dengan kekuatan Allah Tuhan semesta alam dan pertolongan-Nya kepada
orang beriman.
Itulah di antara nasihat-nasihat dari Syaikh Abdullah Azzam
bagaimana ibadah jihad fi Sabilillah ini dapat membentuk karakter seorang
manusia dalam kehidupannya. Karena itulah, ajarkanlah ibadah ini kepada
setiap keluarga kita, kepada anak-anak kita supaya kelak menjadi seorang yang
berjiwa mujahid. Wallahu’alam. [Dany]
Sumber : Annajah.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar