Sholat Subuh Berjamaah Sebagai Gerakan Revolusi Mental
Sholat Subuh Berjamaah |
Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Pedri Kasman
berpendapat, setelah aksi superdamai 212, Umat Islam Indonesia seperti
mendapatkan energi baru yang luar biasa dahsyat. Energi spiritual yang
bersumber dari keyakinan hakiki, yaitu keyakinan terhadap Allah atau biasa
dikenal dengan sebutan tauhid.
Energi
tersebut lahir menjadi gerakan-gerakan seperti Gerakan Subuh Berjamaah atau
yang lebih dikenal dengan Gerakan 1212. Gerakan ini awalnya dipusatkan di
Bandung. Tapi pada pelaksanaannya, gerakan tersebut dengan sangat cepat
bergulir ke seluruh penjuru Indonesia.
“Masjid-masjid
di kota besar dan seluruh daerah dibanjiri gerakan subuh berjama’ah,” kata
Pedri dalam siaran pers yang diterimaRepublika.co.id,
Senin (12/12)
Menurut
Pedri, gerakan tersebut sangatlah bagus karena salah satu kekuatan umat Islam
itu adalah jika shalat Subuh berjamaah di masjid. Terlebih, Subuh adalah waktu
dimulainya aktivitas harian yang artinya, jika subuh-subuh sudah ke masjid,
maka produktivitas umat akan meningkat. “Daya juang dan daya saingnya akan
sangat bagus,” terang Pedri.
Pedri
melanjutkan, gerakan tersebut juga sudah sewajarnya mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Bagaimana tidak, gerakan tersebut menurutnya adalah revolusi
mental yang sesungguhnya. “Jadi gerakan ini harus didukung. Inilah revolusi
mental yang sesungguhnya,” ucap Pedri.
Pedri
menambahkan, tanpa disadari, lahirnya gerakan-gerakan yang ada saat ini, mulai
aksi 411, 212 dan terakhir 1212 sebenarnya proses revolusi itu sedang terjadi
di tubuh umat. Revolusi tersebut merupakan revolusi yang sangat mendasar karena
datang dari hati. Revolusi tersebut diilhami pembelaan terhadap hak asasi yang
paling dasar, yaitu agama.
Oleh
sebab itu, pemerintah dan penegak hukum harus betul-betul melihat kejadian ini
dengan hati dan kesadaran penuh akan tugas mereka sesungguhnya untuk malayani
rakyat dan menghadirkan keadilan sosial bagi semua. Karena keadilan adalah
kunci kebangkitan bangsa ini.
“Itulah
yang menjadi tuntutan awal dari semua gerakan di atas. Tanpa keadilan, yakinlah
bangsa ini akan selalu terpuruk,” kata Pedri.
Pedri
berpendapat, revolusi mental yang digulirkan oleh Presiden Jokowi belum tampak
sama sekali di pemerintahannya. Bahkan pada aspek keadilan dan penegakan hukum
revolusi mental itu seperti memakan tuannya sendiri.
“Justru
rakyat melihat pemerintah sedang mempermainkan rasa keadilan itu. Negara ini
seperti bukan lagi negara hukum, tapi sudah jadi negara kekuasaan. Kekuasan
politik dan kekuasaan modal (uang),” terang Pedri.
Sumber : ROL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar