Didalam Neraka, Mereka Saling Menyalahkan
Siksa Neraka |
يَوْمَ تُقَلَّبُ
وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا
الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا
فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ
وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
”Pada hari ketika muka mereka
dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata
kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah
mereka dengan kutukan yang besar”. (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)
Gambaran di atas merupakan suatu
gambaran yang sungguh mengenaskan. Bagaimana kumpulan manusia yang sewaktu di
dunia begitu menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka,
tiba-tiba setelah sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka mereka baru
sadar ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik
menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut.
Mereka terlambat menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang
benar.
Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh
orang-orang beriman mentaati Allah dan RasulNya serta ”ulil amri minkum” (para
pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah menjelaskan
kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam kepemimpinannya
bilamana menghadapi perselisihan pendapat maka Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya
(As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan memutuskan
segenap perkara.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ
مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
”Hai orang-orang yang beriman,
ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa [4] :
59)
وَبَرَزُوا لِلَّهِ
جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ
تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ
قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا
أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
”Dan mereka semuanya (di padang
Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang
yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah
pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah
(walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk
kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita,
apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat
untuk melarikan diri”. (QS. Ibrahim [14] : 21)
وَلَوْ يَرَى
الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ
الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ
وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ
كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ
عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
”Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti
itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa;
dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah
orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti
kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari
kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi
sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api
neraka.” (QS. Al-Baqarah [2] : 165-167)
Tetapi kesadaran dan penyesalan di
saat itu sudah tidak bermanfaat sama sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga
Allah menggambarkan bahwa pada saat mereka semuanya telah divonis menjadi
penghuni Neraka lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah
sewaktu di Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para
pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan.
Ref//fbabuarbi’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar