Breaking

Syaikh Abdullah Azzam Rhm : Pahamilah Sunnatulloh Perjuangan

Nasihat Emas Syaikh Abdullah Azzam; Pahamillah Sunnatullah Perjuangan!!

Orang-orang yang ingin menegakkan agama Allah dengan menunggu pernyataan dari tokoh-tokoh militer di acara pertama siaran radio setelah peperangan tanpa disertai kepedihan-kepedihan dan kepayahan; tanpa didahului fase-fase gerakan rahasia, berkompromi dengan thaghut dan menyembunyikan kebenaran; mengira masyarakat itu bisa dibentuk, jiwa, hati dan kepribadian manusia bisa dirubah dan dibersihkan dengan cara semudah itu dan dengan pengorbanan semurah itu.

Padahal, kemenangan dari Allah tidak akan turun kecuali setelah melewati masa cobaan dan ujian yang panjang dan berat..

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah: 214).

Maka orang-orang yang menunggu kemenangan sambil duduk di atas kursi dan meja, mereka tidak mengerti sunnatullah yang berlaku pada umat manusia dan dakwah.

Salah seorang dai pernah berkata kepadaku, ”Aku berada di kantorku selama dua tahun dengan sesama pegawai lainnya, tapi selama itu ia tidak pernah tahu arah pemikiranku.” Maka  saya katakan, ”Berarti selama dua tahun itu kamu tidak pernah mengucapkan kalimat kebenaran yang ada dalam benakmu walau sepatah kata pun!!”

Menurut Anda, seandainya para shahabat dahulu mempraktekkan apa yang dilakukan dai-dai yang berdakwah dengan sistem sirriyah pada hari ini, mungkinkah Islam ini keluar melewati batas-batas wilayah Mekah?

Jika saja Bilal diam saja, Yasir dan Sumayyah mengalah dengan keadaan begitu saja, Utsman bin Affan berpura-pura menyerah, Abu Bakar menerima syarat yang diajukan Ibnu Ad-Daghinah yang siap menjamin keamanan Abu Bakar (asalkan dia tidak membaca Al-Quran dengan suara keras karena suaranya mempengaruhi orang-orang Quraish).

Saya katakan: kalau saja mereka semua diam di hadapan tirani dan keangkuhan sistem jahiliyah ketika itu, maka Islam tidak mungkin keluar dari batas Al-Bathhaa’-Mekkah, dan juga Al-Harura’!

Sesungguhnya telunjuk Bilal yang menunjuk ke langit sambil berucap: Ahad..Ahad, di tengah siksaan pedih yang ia alami, itulah yang mengguncang kekafiran hingga lubuknya yang paling dalam, itulah yang menggoyang pohon jahiliyah dari akar-akarnya.

Sebenarnya suara akal akan berkata kepada Bilal: “Tipu saja Umayyah bin Khalaf, katakan kepadanya: Aku menganut agama Latta dan Uzza. Jika malam tiba temuilah Muhammad, pemimpinmu yang sebenarnya, wali dan pembimbingmu, dan katakan kepadanya: Sungguh aku berhasil menertawakan dan menipu Umayyah sehingga ia mengira aku berada di barisan dia lalu ia membebaskan aku.”

Tetapi yang namanya ideology tidak meraih kemenangan dengan “kecerdikan” dan “politik” seperti ini. Sesungguhnya ideologi akan mundur dan hancur jika tidak ada yang menyuburkannya dengan darah dan membangunnya dengan tumpukan tulang belulang dan ceceran daging.

Sesungguhnya terlalu sabar (dalam waktu lama) menyaksikan kezaliman sistem jahiliyah, menahan nafas amarah sehingga tidak terlampiaskan dari dalam dada, saya katakan: menurut sebagian orang berlama-lama sabar dalam menghadapi keadaan seperti ini berguna bagi dakwah. Mereka tidak sadar bahwa sabar seperti itu mematikan jiwa, apalagi jika diiringi rasa takut berlebihan, kewaspadaan yang kelewat batas, dan rasa pengecut yang parah yang mengantarkan kepada kematian secara pelan-pelan.

Ghirah itu pertama-tama dikekang, lalu melesu, lalu berantakan, lalu mati. Jika ghirah di dalam diri seseorang mati, maka ia berubah menjadi mayat yang kering. Ia tak lagi mengingkari yang mungkar dan tidak mengenali yang makruf, atau seperti dalam hadits: “Tidak pernah wajahnya memerah marah karena Allah.”

Para pengecut menganggap sikap pengecut itu bijak

Padahal itu adalah tipuan dari watak yang tercela

Berlama-lama sabar di tengah kekufuran dengan sikap siriyah-mu yang mematikan itu, semakin hari akan membuat dirimu merasa biasa dengan kejahiliyahan sistem thaghut, akhirnya membuatmu merasa nyaman sehingga fitrah menjadi terbalik dan cara pandang berubah.

Siriyah dalam perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlangsung sangat singkat, tak perlu waktu lama untuk mengubahnya menjadi dakwah terang-terangan. Siriyah dan kewaspadaan harus dikawal oleh kesiapan berangkat perang,

Hai orang-orang yang beriman waspadalah kalian dan berangkatlah berperang…

Bukan siriyah dan kewaspadaan yang berujung kepada kelumpuhan, kelemahan dan kematian.

Melalui jihad, peperangan dan pengorbanan pulalah muncul para pemimpin dan para perwira. Sesungguhnya Abu Bakar tidak terpilih sebagai pemimpin kaum Muslimin secara kebetulan dan asal saja. Yang melahirkan seorang Abu Bakar adalah peristiwa-peristiwa. Ia unggul karena pengorbanan dan diangkat derajatnya oleh peperangan-peperangan, ujian dan cobaan-cobaan.

Makanya dalam perang Tabuk, ketika Abu Bakar menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seluruh hartanya lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya: Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu, lalu Abu Bakar menjawab: “Aku tinggalkan buat mereka Allah dan Rasul-Nya,” , Umar pun berkata: “Tidaklah aku dan Abu Bakar berlomba dalam suatu urusan kecuali Abu Bakar pasti mengalahkanku.”

Abu Bakar tidak perlu melakukan kampanye pemilu. Tidak perlu mendaftarkan diri sebagai calon pemimpin. Sebab kemuliaannya terlihat dengan sendirinya melalui perjalanan hidupnya dan setelah menempuh jalan yang panjang, sehingga ia tidak perlu membeli hati manusia dengan harta atau menipu mereka dengan media informasi serta amal perbuatan yang dibagus-baguskan.

Qanun konfrontasi adalah tafsir sejarah menurut kacamata Islam. Baik kejahiliyahan itu bergerak atau tidak, Islam tetap akan berjalan sesuai qanun konfrontasi ini:

وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ

Kalau saja Allah tidak menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain tentu akan rusaklah bumi ini.. (Al Baqarah: 251)

Sesungguhnya masyarakat yang stagnan itu ibarat air yang diam,  di permukaannya tidak akan memunculkan selain bau busuk, belukar dan lumut-lumutan. Sistem kepemimpinan masyarakat yang maju tapi tidak mau berperang, lama kelamaan mengalami pembusukan dan rusak. Adapun masyarakat yang mau berjihad, ia ibarat air yang bergerak dan sungai yang mengalir, airnya tidak akan berbau dan menolak segala bentuk kotoran.

Pemimpin harus dilahirkan melalui peperangan yang panjang dan luka-luka yang dalam. Jika tidak, negerinya akan terlantar, keadaannya semakin memburuk dan derita rakyat semakin parah.

Pemimpin-pemimpin sejati harus mau membayar harga, mau menelan kepahitan, menanggung luka-luka, memberikan pengorbanan, kehilangan ayah, saudara, dan seterusnya, sehingga dia sadar bahwa nilai dan akidah yang ia perjuangkan adalah mahal. Tanpa semua ini Islam tidak akan pernah tegak!.


Sumber : Lasdipo.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.