Memahami Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah |
Tauhid adalah meyakini
keesaan ALLAH dalam Rububiyyah, dalam uluhiyah dengan ikhlash beribadah
kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Dengan demikian , tauhid
meliputi 3 macam, yaitu
1. Tauhid Rububiyah,
2. Tauhid Uluhiyyah,
3. Tauhid Asma Washshifat.
Setiap macam dari ketiga
macam tauhid ini memiliki makna yang harus dijelaskan agar menjadi terang
perbedaannya.
TAUHID RUBUUBIYYAH
Yaitu : Mengesakan Allah
azza wajalla dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia Yang
Menciptakan segenap makhluk (QS.39 /62); Dia sebagai pemberi rizki (11/6) ; Dia
adalah Pengatur alam semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia Yang
Memuliakan dan Menghinakan, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang mengatur
rotasi siang dan malam, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan, Dialah Allah
sebagai Robb, (QS.3/26-27).
Allah telah menafikan
(meniadakan) sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya. Sebagaimana Dia
menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah berfirman,
artinya:
“Inilah ciptaan Allah , maka
perlihatkaanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh
(sesembahan-sesembahanmu) selain-Nya (QS.31/ 11).
Allah menyatakan pula
tentang keesaan-Nya dalam Rubuubiyyah-Nya atas segala alam semesta.
Firman-Nya,yang artinya :
“Segala puji bagi Allah , Robb semesta alam” (QS.1/ 2).
Allah menciptakan semua
makhluk-Nya diatas fitrah pengakuan terhadap Rubuubiyyah-Nya. Bahkan
orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah (dalam ibadah merekapun) juga
mengakui keesaan RubuubiyyahNya . Allah berfirman , yang artinya,
”Katakanlah, ‘siapakah yang
Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang agung?’ mereka akan
menjawab, ’Kepunyaan Allah’ . Katakanlah, ‘maka apakah kalian tidak bertaqwa?’.
Katakanlah, ‘siapakah yang ditangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang Dia Melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya
jika kalian mengetahui ?’. mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah’,
Katakanlah,(kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?”(QS.23/86-89).
Jadi, jenis Tauhid ini
diakui semua orang. Tidak ada ummat manapun yang menyangkalnya. Termasuk
orang-orang musyrik quraisy zamannya Nabi Muhammad saw,mereka mengakui akan
Rubuubiyyah Allah swt. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan utk mengakui-Nya,
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para
rasul yang difirmankan Allah,yang artinya:
“Berkata rasul-rasul mereka
,’Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah , Pencipta langit dan bumi ?”
(QS.14/10).
Begitu pula fir’aun, seorang
manusia yang paling dikenal keingkarannya kepada apa dibawa oleh Nabi Musa as,
diapun dihatinya masih tetap meyakini-Nya. Sebagaimana perkataan Nabi Musa as
kepadanya, dalam firman Allah yang artinya ;
“Musa menjawab,
‘Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan
mukjizat-mukjizat itu kecuali Robb Yang memelihara langit dan bumi sebagai
bukti-bukti yang nyata, dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai fir’aun seorang
yang akan binasa “ (QS.17 /102).
Tak terkecuali dalam hal ini
orang-orang pada zaman sekarang yang dikenal dengan orang-orang atheis,komunis,
sesungguhnya mereka pada hakekatnya mengakui akan Rubuubiyyah Allah, akan
tetapi mereka hanya menampakkan apa yang mereka kleim dengan keingkarannya itu
karena kesombongan mereka belaka, sebagaimana fir’aun dan kaum yang
mengikutinya. Allah berfirman , yang artinya :
“Dan mereka mengingkarinya
karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini
(kebenaran)nya” (QS.27 /14).
Tauhid Rubuubiyyah ini
banyak dimiliki manusia, tak terkecuali orang-orang kafir seperti Yahudi,
nasrani, hindu, majusi dst. Maka oleh sebab itu tidaklah cukup seseorang
dinamakan bertauhid jika dia hanya mengakui tauhid Rubuubiyyah saja, sebab abu
jahal dan orang-orang kafir lainnyapun mengakuinya. Lalu apa yang menjadi pokok
bagi seseorang sehingga dinamakan bertauhid ?..... jawabannya adalah Tauhid
Uluuhiyah , Tauhid inilah yang menjadi titik tekan utama da’wah dan diutusnya
para Rasul, Yaitu Mentauhidkan Allah dalam ibadah.
ROBB dan RUBUUBIYYAH
Rubuubiyyah, diambil dari
kata Robb, sehingga tauhid Rubuubiyyah maksudnya “mentauhidkan Allah dalam
Rubuubiyyah-Nya.
Dalam Bahasa Indonesia kata
Robb (yg berkaitan dengan Allah) sering diartikan Tuhan, demikian pula
kata-kata Ilaah juga sama diartikan Tuhan, padahal keduanya memiliki arti dan
kandungan makna yang dalam yang jauh berbeda. Sehingga banyak kaum Muslimin di
Indonesia salah memahami, atau bingung membedakan arti Robb dan Ilaah yang
dikehendaki Allah dalam ayat-ayat-Nya. Atau bahkan tidak mengerti perbedaan
itu, sehingga tidak mengerti tauhid yang berkaitan dengan penyebutan kata Robb
dan Ilaah dalam alQuran dan Sunnah nabawiyah. Oleh sebab itu semestinya setiap
mukmin mengetahui dengan jelas tentang arti kata Robb dan Ilaah yang berkaitan
dengan tauhid ini.
PENGERTIAN ROBB DALAM
ALQURAN DAN ASSUNNAH.
Kata Robb , adalah bentuk
mashdar, berasal dari Robba-yarubbu ,yang berarti : Nasya-a asy-syai-a min
haalin ilaa haalin ilaa haalit-tamaam (mengembangkan sesuatu dari suatu keadaan
kepada keadaan lain, sampai pada keadaan yang sempurna).
Jadi kata Robb adalah
mashdar yang dipinjam untuk fail (pelaku). Kata-kata ar-Robb tidaklah disebut
terpisah(tersendiri), kecuali untuk Allah yang menjamin kemaslahatan seluruh
makhluk. Adapun jika di-idhafahkan(digandengkan dengan kata yang lain), maka
hal itu bisa untuk Allah dan bisa juga untuk selain-Nya.
Kata Robb juga bisa berarti
“tuan” atau “pemilik” yang mana bila disandarkan kepada sesuatu benda, berarti
ia pemilik benda itu, seperti kalimat : robb ad-daar, artinya: tuan rumah,
pemilik rumah ; robb al-faros, artinya: pemilik kuda. Demikian pula yang
dimaksudkan dalam ayat 42 surah yusuf, Allah swt berfirman :
وقال للذي ظن أنه ناج منهما اذكرني عند ربك فأنساه الشيطان ذكر ربه فلبث في
السجن بضع سنين
…. Dzikro robbihi…..
(“ Dan Yusuf berkata kepada orang yang
diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua: "Terangkanlah keadaanku
kepada tuanmu." Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan
Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa
tahun lamanya.”) (QS.12/42). Demikian Juga dalam ayat 41,50.
Dalam hadits Rasulullah saw bersabda
tentang ‘unta yang hilang’ :
Hatta yajidaha robbuha (artinya:
sampai pemiliknya menemukannya)
Adapun kata “Robb” yang berarti Allah
sebagai Robb, maka itu bermakna Robb yang sempurna dengan sifat-sifat yang
dimilikiNya.
Perhatikan firman Allah :
Robbil’aalamiin. (QS.1/2) yg artinya “Robb semesta alam”.
Robb dalam ayat itu bermakna Allah
sebagai Robb semesta alam, yaitu : Pencipta alam semesta, Pemiliknya,
Pengurusnya dan Pembimbing mereka dengan segala nikmat-Nya, serta dengan
mengutus para Rasul-Nya, Yang menurunkan kitab-kitabNya dan Pemberi balasan
atas segala perbuatan makhlukNya.
Jadi dengan demikian kata Robb tidak
hanya sekedar pencipta saja. Dan tentunya akan lebih selamat bila kita tetap
menyebut kata Robb pada terjemahan bahasa Indonesia, sebab kata “Robb” memiliki
arti tersendiri yang sangat dalam yang menunjukkan keagungan dan keluhuran
sifat yang dimiliki Allah azza wajalla dengan segala kesempurnaanNya. Adapun
bila diartikan Tuhan, maka hanya terbatas pada arti Tuhan menurut arti bahasa
Indonesia, yang terkadang tercampur adukkan dengan arti tuhan yang difahami
oleh orang-orang kafir dan musyrik. … Maha Suci Allah dari apa yang mereka
sifatkan terhadapNya.
Hal lain, kita menyebutnya dengan kata
“Robb” agar jelas perbedaannya dengan kata “Ilaah” tatkala disebutkan dalam
suatu ayat atau hadits, yang mana dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan
kata “Tuhan”, atau kalaupun diartikan Tuhan harus dengan penjelasan,bahwa yang
dimaksud adalah Tuhan pencipta,pemilik,pengurus,pembimbing,pengutus
rasul-rasul,penurun kitab-kitab dan pemberi balasan, sehingga jelas bahwa kata
“Tuhan” yang dimaksud adalah terjemahan dari kata “Robb”.
SYIRIK DALAM TAUHID RUBUUBIYYAH
Adapun syirik dalam tauhid Rubuubiyyah
, yakni bila seseorang menetapkan adanya dua pencipta yang serupa dalam sifat
dan perbuatan-Nya.
Ini mustahil,akan tetapi sebagian kaum
musyrikin meyakini bahwa tuhan-tuhan mereka memiliki sebagian kekuasaan dalam
alam semesta ini, justru karena keyakinan yang salah inilah mereka terjerumus
dalam hal tauhid uluuhiyyah, yaitu mereka syirik dalam ibadah yang mereka
lakukan, meminta kepada tuhan-tuhan selain Allah untuk memberikan kebaikan
kepada mereka,dan berlindung diri kepada sesembahan mereka agar terhindar dari
malapetaka. Maka diantara mereka ada yang menyembah berhala,
matahari,bulan,bintang,malaikat,nabi isa as, dan lain-lain. Dan Allah
menyanggah apa yang mereka lakukan. (QS.53/19-20 ; 26/69-74 ; 7/54 ; 41/37 ;
23/91 ; 6/101 ; 112/34).
Begitu pula para penyembah kuburan,
baik dahulu maupun sekarang. Mereka mengira orang-orang mati itu dapat membantu
mereka , juga dapat menjadi perantara antara mereka dengan Allah dalam memenuhi
hajat-hajat mereka. Allah berfirman tentang perkataan mereka,yang artinya :
"….kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya". (QS.39 /3). Ini adalah jelas-jelas perkataan dan
perbutatan syirik.
Wallahu a’lam.
(disarikan dari buku: “Kitab Tauhid”
jilid 1,tulisan Dr.Shalih Fauzan bin Abdullah alFauzan (terjemahan kitab
attauhid), penerbit: Darul Haq- Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar